Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Belarusia menyatakan bahwa negaranya tidak memiliki pilihan selain meningkatkan aktivitas militer untuk memperkuat keamanan nasional, di tengah pembangunan militer negara-negara NATO.
Hal itu dilakukan setelah mempertimbangkan keadaan dan semua kekhawatiran yang berpotensi muncul dalam bidang keamanan nasional.
"Belarusia terpaksa mengambil tindakan pembalasan untuk perkuat keamanan dan pertahanannya," kata kementerian itu, seperti dilansir dari TASS, Selasa (28/3/2023).
Menurutnya, telah terjadi langkah-langkah koersif sepihak dalam politik, ekonomi dan potensi militer yang berkembang dari negara NATO di perbatasan.
"Langkah-langkah koersif sepihak dalam politik dan ekonomi digabungkan dengan potensi militer yang berkembang dari negara-negara tetangga NATO tepat di perbatasan kita," lanjutnya.
Dia menyatakan adanya reaksi berlebihan negara-negara lain terhadap laporan tentang prospek pengerahan senjata nuklir taktis Rusia di wilayah Belarus.
Baca Juga
Para diplomat di negara itu menekankan bahwa Barat selama ini telah ikut campur langsung dan terang-terangan dalam urusan dalam negeri, yang bertujuan mengubah arah geopolitik atau mengubah sistem politik Belarus.
"Secara langsung bertentangan dengan komitmen yang dibuat oleh beberapa penandatangan Memorandum Budapest tentang Jaminan Keamanan sehubungan dengan bergabungnya Belarusia dalam Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir," tambah kementerian itu.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan atas permintaan Minsk, bahwa Rusia akan mengerahkan senjata nuklir taktisnya di Belarusia, mirip dengan yang telah dilakukan Amerika Serikat (AS) selama beberapa waktu di wilayah sekutunya.
Rusia telah menyerahkan sistem rudal Iskander berkemampuan nuklir ke Belarusia. Menurut pemimpin Rusia itu, fasilitas penyimpanan khusus untuk nuklir taktis akan dibangun di Belarus pada 1 Juli mendatang.