Bisnis.com, JAKARTA – Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa lapisan ozon bisa pulih kembali dalam dalam empat dekade ke depan. Jika ini terjadi, efek pemanasan global dapat diatasi.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (10/1/2023), Panel Penilaian Ilmiah dari Protokol Montreal PBB mengatakan proses pulihnya kerusakan pada lapisan pelindung Bumi tersebut berjalan dengan baik.
Hal ini mencerminkan bahwa kesepakatan global untuk menghilangkan bahan kimia berbahaya terbukti efektif.
Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia Profesor Petteri Taalas mengatakan tindakan pemulihan aktivitas ozon ini menjadi preseden baik untuk aksi iklim global.
“Keberhasilan kami dalam menghentikan bahan kimia pemakan ozon secara bertahap menunjukkan apa yang dapat dan harus dilakukan dengan segera untuk beralih dari bahan bakar fosil, mengurangi gas rumah kaca, dan membatasi kenaikan suhu,” ungkap Profesor Petteri.
Dengan kebijakan iklim saat ini, lapisan ozon diperkirakan akan pulih ke level yang sama saat tahun 1980 pada tahun 2066 di Antartika, pada tahun 2045 di atas Kutub Utara, dan pada tahun 2040 di seluruh dunia.
Baca Juga
Perkiraan tersebut merupakan hasil dari laporan terbaru yang diterbitkan setiap empat tahun untuk menilai dampak Protokol Montreal 1987, yang melarang zat perusak ozon dan menimbulkan risiko bagi manusia dan lingkungan.
Perjanjian universal yang diratifikasi oleh 197 negara dan Uni Eropa tersebut melarang penggunaan gas, termasuk klorofluorokarbon (CFC), yang digunakan dalam produk-produk seperti AC, lemari es, dan deodoran.
Seperti diketahui, gas CFC merusak ozon di atmosfer bagian atas begitu dilepaskan, sehingga berisiko menyebabkan sinar UV-B yang berbahaya dari matahari mencapai permukaan bumi.
Pembaruan perjanjian tahun 2016 juga melarang penggunaan hidrofluorokarbon (HFC), yang telah digunakan sebagai pengganti CFC dan tidak secara langsung menguras ozon, tetapi memiliki efek perubahan iklim yang kuat.
Sejak saat itu telah terjadi “pemulihan besar” di lapisan atas stratosfer, demikian temuan laporan tersebut. Penghapusan HFC juga telah menghindari pemanasan sekitar 0,5 derajat Celsius pada tahun 2100.
Namun, proposal untuk menggunakan geoengineering di atmosfer untuk mengurangi pemanasan global dengan memantulkan lebih banyak sinar matahari ke luar angkasa dapat memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan, termasuk menunda pemulihan ozon dan memperdalam lubang ozon Antartika.
Faktor-faktor lain termasuk peluncuran roket dan kebakaran hutan yang diperburuk oleh perubahan iklim juga dapat memengaruhi pemulihan lapisan ozon. Namun, diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengetahui seberapa besar efeknya.
PBB mengatakan Protokol Montreal memiliki relevansi dengan upaya modern untuk mengurangi emisi karbon dan memitigasi perubahan iklim.
“Dampak Protokol Montreal terhadap mitigasi perubahan iklim tidak dapat ditekan secara berlebihan,” ungkap Meg Seki, sekretaris eksekutif Sekretariat Ozon Program Lingkungan PBB dalam siaran pers.