Bisnis.com, JAKARTA - Pertemuan Perdana Menteri (PM) Inggris, Rishi Sunak dengan Presiden China, Xi Jinping ditunda, dalam KTT G20, di Bali, Indonesia.
Juru bicara (jubir) Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning mengatakan dia tidak memiliki informasi untuk diberikan terkait pembatalan pertemuan antara Xi dan Sunak.
"Saya tidak punya apa-apa untuk dibagikan. Izinkan saya menekankan bahwa China berkomitmen untuk mempromosikan perkembangan hubungan China-Inggris yang stabil dan sehat dengan Inggris atas dasar saling menghormati, kesetaraan, dan saling menguntungkan. Kami berharap Inggris akan bekerja sama dengan China untuk mencapai tujuan ini," kata Mao Ning.
Sementara itu, juru bicara (jubir) Downing Street mengatakan bahwa dibatalkannya pertemuan Rishi Sunak dengan Xi Jinping karena masalah penjadwalan.
Jadwal pertemuan dalam KTT G20 di Bali menjadi terganggu karena pertemuan darurat yang diadakan setelah rudal menewaskan 2 orang di Polandia dekat dengan perbatasan Ukraina.
Sunak dan Xi dijadwalkan mengadakan pertemuan pertama antara para pemimpin Inggris dan China itu selama hampir 5 tahun.
Pihak kantor Sunak mengatakan sebelumnya bahwa perdana menteri akan berusaha untuk membangun hubungan yang jujur dan konstruktif dengan China.
Adapun hubungan antara London dan Beijing telah memburuk dalam satu dekade terakhir karena Inggris menyatakan kekhawatirannya terhadap pintu yang terbuka untuk investasi China, bisa menimbulkan risiko keamanan nasional, seperti dilansir dari Al-Arabiya News, Kamis (17/11/2022).
London juga mengkritik praktik perdagangan Beijing dan catatan hak asasi manusia di Hong Kong dan Xinjiang.
“Tiongkok adalah negara dengan nilai-nilai fundamental yang berbeda dengan kita, dengan kepemimpinan otoriter yang berniat membentuk kembali tatanan internasional,” katanya.
Meski begitu, Sunak diharapkan bisa melakukan pendekatan lebih baik ke Beijing daripada pendahulunya Liz Truss, yang mengatakan bahwa China sebagai ancaman.
Baca Juga
“Tidak satu pun masalah yang dibahas Perdana Menteri di G20 ekonomi global, dampak perang di Ukraina terhadap ketahanan pangan dan energi, perubahan iklim, dan kesehatan global dapat diatasi tanpa tindakan terkoordinasi oleh semua ekonomi utama dunia. Itu termasuk China,” kata pihak kantor Sunak.