Bisnis.com, JAKARTA - Rusia mulai keteteran dalam perang yang memasuki bulan ke delapan karena berimbas terhadap pasokan senjata untuk menundukkan Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin pun memerintahkan punggawanya untuk segera memacu produksi senjata.
Krisis pasokan senjata terhadap tentara Rusia pada delapan bulan ini begitu terasa. Putin pun harus merombak struktur pengadaan persenjataan untuk mengatasi masalah pasokan senjata.
Pada Selasa (26/10/2022), Putin kini mengetuai komite baru yang dirancang untuk mempercepat produksi dan pengiriman senjata untuk pasukan Rusia. Dia menegaskan bahwa perlu mempercepat produksi dan pengiriman di segala bidang.
Sehari sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengumumkan bahwa Rusia akan meningkatkan produksi semua jenis senjata, mulai dari tank, senapan, hingga rudal serta drone berpresisi tinggi.
"Produksi senjata dan peralatan khusus dari semua jenis meningkat berlipat ganda: dari tank dan senapan, hingga rudal dan drone berpresisi tinggi. Siapkan dirimu!" tulis Medvedev di Telegram.
Medvedev akan melakukan perjalanan ke Nizhny Tagil dan memeriksa produksi tank di perusahaan Uralvagonzavod. Pejabat tinggi militer Rusia pun memastikan bahwa semua kontraktor senjata akan dimintai bertanggungjawab atas kontrak yang telah disepakati.
Baca Juga
Hal itu sebagai tanggapan atas laporan berita Rusia yang menyebutkan bahwa banyak personel wajib militer dimobilisasi untuk berperang ke Ukraina. Angka yang dikatakan presiden Rusia adalah 222.000 dari target awal 300.000 orang, tetapi belum dilengkapi dengan peralatan dasar yang memadai, termasuk peralatan medis dan jaket antipeluru. Bahkan, mereka harus mencari perbekalan sendiri.
Pekan lalu, Putin mencoba meyakinkan kepada semua pihak bahwa kondisi sedang baik-baik saja. Dia pun mengunjungi tempat pelatihan militer di Rusia sembari menunjukkan tentara yang diperlengkapi perlengkapan dengan baik.
Laporan lain menunjukkan bahwa pasukan Rusia dipaksa untuk menggunakan peralatan lama, dan terkadang tidak dapat diandalkan. Bahkan, beberapa pasukan yang dimobilisasi ke garis depan medan pertempuran hanya sedikit menjalani program pelatihan.
Adapun untuk menggantikan krisis senjata yang memiliki presisi tinggi pada jarak jauh, Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan Rusia akan menggunakan sejumlah besar drone untuk mencoba menembus pertahanan udara Ukraina.
“Amunisi artileri Rusia hampir habis,” kata kementerian itu dalam sebuah laporan pada Selasa.
Serangan Rusia Mulai Melambat
Sementara itu, Institut Studi Perang yang berbasis di Washington DC mengatakan bahwa tempo serangan tentara Rusia lebih lambat mulai dari udara, rudal, dan pesawat tak berawak. Hal itu mencerminkan penurunan persediaan rudal dan pesawat tak berawak serta efektivitas serangan untuk mencapai tujuan militer strategis Rusia.
Kendati demikian, militer Rusia telah menimbulkan kerusakan besar dan korban besar di Ukraina. Dengan menghancurkan rumah, bangunan umum, dan jaringan listrik Ukraina. Bank Dunia memperkirakan kerusakan di Ukraina sejauh ini mencapai 350 miliar euro.
Menurut PBB, dari awal invasi Rusia pada 24 Februari hingga awal Oktober, tercatat 15.246 korban sipil di Ukraina. Dari jumlah tersebut, 6.114 orang tewas dan 9.132 terluka. Sekitar 7,7 juta orang Ukraina telah meninggalkan negara itu dan sekarang hidup sebagai pengungsi di seluruh Eropa, menurut PBB.