Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia Usir Diplomat dan Tahan Mata-mata Asal Jepang!

Rusia mengusir pejabat Jepang dengan status non grata usai aksi yang disebut Moskow membahayakan negara.
Mendiang Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin menggelar konferensi pers bersama setelah melakukan pertemuan di Kremlin, Moskow, Rusia, Selasa (22/1/2019)./Alexei Druzhinin via Reuters
Mendiang Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin menggelar konferensi pers bersama setelah melakukan pertemuan di Kremlin, Moskow, Rusia, Selasa (22/1/2019)./Alexei Druzhinin via Reuters

Bisnis.com, JAKARTA--Rusia menyatakan bahwa telah menahan seorang diplomat Jepang yang berbasis di kota timur Vladivostok karena melakukan pekerjaan terkait kegiatan mata-mata atau spionase.

Akibat tindakan itu Rusia mengusir pejabat tersebut dengan status non grata.

"Seorang diplomat Jepang ditahan karena menerima informasi rahasia dengan imbalan uang tentang kerja sama Rusia dengan negara lain di kawasan Asia-Pasifik," kata dinas keamanan Rusia FSB dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita Rusia.

Diplomat itu juga telah meminta informasi tentang "dampak sanksi Barat" di wilayah Primorsky timur, menurut FSB seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Selasa (27/9/2022).

Kementerian luar negeri Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa diplomat itu diperintahkan untuk meninggalkan negara itu dalam waktu 48 jam.

FSB menyatakan telah mengajukan protes ke Tokyo melalui saluran diplomatik dan menyatakan diplomat yang diidentifikasi sebagai konsulat jenderal di Vladivostok, Motoki Tatsunori, persona non grata.

FSB mendistribusikan video pendek yang dikatakan menunjukkan diplomat itu mengakui bahwa dia telah melanggar hukum Rusia.

Rusia menganggap Jepang sebagai negara "bermusuhan", sebutan yang sama dengan semua negara Uni Eropa, Amerika Serikat dan sekutu termasuk Inggris dan Australia.

Moskow dan Tokyo saling menjatuhkan sanksi dan pengusiran diplomat sejak 24 Februari ketika Vladimir Putin meluncurkan apa yang disebut Kremlin sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina.

Tokyo memiliki hubungan yang kompleks dengan Moskow sebelum invasi Ukraina dan kedua belah pihak belum menandatangani perjanjian damai pasca-Perang Dunia II.

Upaya untuk melakukannya terhambat oleh perselisihan yang telah berlangsung lama atas pulau-pulau yang dikendalikan oleh Rusia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Edi Suwiknyo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper