Bisnis.com, JAKARTA -- Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Betty Epsilon Idroos mengungkap alasan penurunan Data Pemilih Berkelanjutan (DPB) sebanyak 0,33 persen dari DPB Sementer II Tahun 2021 lalu.
Dalam hasil rekapitulasi KPU terkait Pemutakhiran Data Pemilih Berkelanjutan (DPB) Semester I Tahun 2022, diketahui sebanyak 190.022.169 pemilih yang tercatat.
Adapun angka tersebut merupakan hasil untuk tingkat nasional dari pemilih yang tersebar di 34 provinsi, 514 kabupaten/kota, 7.240 kecamatan, 83.414 desa/kelurahan dan 700.011 Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Sementara itu, jika dibandingkan pada DPB Semester II 2021 yaitu sebanyak 190.659.348 pemilih. Artinya, berkurang hingga 637.179 pemilih.
"Penurunan dikarenakan adanya pemilih baru dan pemilih yang sudah tidak memenuhi syarat selama proses pemutakhiran," kata Betty dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (13/7/2022).
Lebih lanjut, Betty memastikan KPU berkomitmen untuk terus memutakhirkan DPB secara berkala dari tingkat kabupaten/kota dan provinsi untuk kemudian di rekapituliasi secara nasional.
Baca Juga
Tujuan pemutakhiran DPB ini disebutkannya untuk memelihara, memperbaharui, dan mengevaluasi data pemilihan terkahir untuk menyusun Daftar Pemilih Tetap (DPT).
"Jadi data pemilih adalah data dinamis, kami terus berupaya memperbaharui DPT yang sudah ditetapkan sebelumnya," paparnya.
Untuk diketahui, pemutakhiran DPB akan dilakukan KPU per semester atau setahun dua kali. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017.
Sebelumnya, Ketua KPU Hasyim Asy'ari telah melakukan berkerja sama dengan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil) Kemendagri untuk memutakhirkan data pemilih.