Bisnis.com, JAKARTA - Sikap generasi muda dalam memilih dinilai masih mengikuti pilihan orang tuanya dan berdasarkan emosional.
Padahal, generasi muda memiliki proporsi besar dalam memberikan pilihannya pada pemilihan umum (pemilu) pada 14 Februari nanti.
Hal tersebut diungkapkan oleh Bambang Harymurti selaku Komisaris Tempo pada Senin (12/2/2024) dalam acara Elections in Indonesia, the United States, and India, yang dihelat oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).
Bambang ada alasan kenapa anak muda cenderung memilih secara emosional dan mengikuti orang tuanya.
Salah satunya adalah karena mungkin sebesar 70% pemilih muda di Indonesia tidak memiliki pendidikan yang tinggi.
Dia menuturkan berdasarkan statistiknya, kurang dari 10% populasi memiliki gelar sarjana atau perguruan tinggi.
Baca Juga
“Jadi, tahukah Anda, saya kira mayoritas kita, perilaku kita dalam pemilu masih lebih bersifat emosional daripada rasional atau bahkan kritis,” terangnya, dimana kebanyakan dari mereka cenderung lebih mengikuti arus.
Dia memberikan contoh mengenai kampanye yang dilakukan oleh calon presiden nomor urut dua, yakni Prabowo Subianto ataupun kampanye Indonesia yang mengikuti Presiden Filipina, Bongbong Marcos, yang tidak membicarakan kebijakan yang terlalu ‘canggih’.
“Tapi bagaimana intinya mengatakan, jangan khawatir, berbahagialah dan lanjutkan hidup kita yang baik,” terangnya.
Menimbang hal tersebut, menurutnya pesan yang sangat sederhana mungkin menjadi menarik bagi masyarakat yang tidak punya banyak waktu untuk berpikir kritis terhadap keputusan politiknya.
Hal tersebut juga terpaksa lantaran mereka sudah sangat sibuk untuk bertahan hidup, untuk kelangsungan kehidupannya dalam sehari-hari.