Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Media Asing: Jokowi Ingin Jadi Juru Damai Perang Rusia - Ukraina

Presiden Joko Widodo ingin menjadi 'merpati pendamai' dalam perang Rusia-Ukraina.
Presiden Joko Widodo didampingi Iriana Jokowi menaiki kereta menuju Kyiv, Ibukota Ukraina untuk bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelensky. Setpresrn
Presiden Joko Widodo didampingi Iriana Jokowi menaiki kereta menuju Kyiv, Ibukota Ukraina untuk bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelensky. Setpresrn

Bisnis.com, SOLO - Kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Ukraina dan Rusia menjadi sorotan media luar negeri. Mereka menulis bahwa Jokowi ingin menjadi 'merpati perdamaian' untuk perang Rusia-Ukraina.

Seperti dikutip tvpworld, Jokowi akan mengunjungi Kyiv dan Moskow untuk mendesak Putin agar mau menyutujui perjanjian genjatan senjata.

Jokowi mencoba untuk menepis kegagalan yang dilakukan oleh Presiden Emmanuel Macron, saat orang nomor satu Perancis itu ingin mencegah Rusia menginvasi Ukraina.

"Perang harus dihentikan dan rantai pasokan pangan global perlu diaktifkan kembali," kata Jokowi, sebelum meninggalkan Jakarta untuk menghadiri pertemuan dengan para pemimpin Kelompok Tujuh (G7) di Jerman sepert dikutup tvpworld.

Menjadi salah satu dari enam pemimpin dunia yang ditunjuk PBB sebagai "juara" Global Crisis Response Group (GCRG), yang dibentuk untuk mengatasi ancaman 'gelombang kelaparan dan kemelaratan yang belum pernah terjadi sebelumnya' akibat perang di Ukraina, Jokowi bermaksud untuk mendesak Rusia dan Ukraina untuk menghidupkan kembali pembicaraan damai.

Upaya de-eskalasinya adalah untuk fokus pada pembebasan ekspor gandum Ukraina serta makanan dan pupuk Rusia ke pasar global sebagai cara untuk menghentikan kurva kenaikan harga pangan dan energi.

“Perlu adanya pengamanan koridor gandum dari Ukraina dan membuka ekspor pangan dan pupuk dari Rusia,” kata Jokowi pada 22 Juni lalu.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengatakan pada hari Minggu bahwa produk makanan dan pupuk dari Rusia dan Ukraina perlu "diintegrasikan kembali ke pasar global, meskipun perang."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper