Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia Ancam NATO: Ganggu Krimea Berarti Perang Dunia 3!

Setiap gangguan di semenanjung Krimea oleh negara anggota NATO akan menjadi deklarasi perang terhadap Rusia dan dapat memicu Perang Dunia III.
Presiden Rusia Vladimir Putin (ki) dan Perdana Menteri Dmitry Medvedev berjalan sebelum sebuah pertemuan dengan anggota pemerintahan di Moskow, Rusia, Selasa (26/12/2017). /Sputnik
Presiden Rusia Vladimir Putin (ki) dan Perdana Menteri Dmitry Medvedev berjalan sebelum sebuah pertemuan dengan anggota pemerintahan di Moskow, Rusia, Selasa (26/12/2017). /Sputnik

Bisnis.com, JAKARTA --Rusia mengirimkan sinyal keras terkait dengan peningkatan militer NATO di perbatasan negaranya.

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev bahkan mengingatkan negara pakta pertahanan tersebut untuk tidak mengganggu wilayah Krimea. Sebab, menurutnya, setiap gangguan di semenanjung Krimea oleh negara anggota NATO akan menjadi deklarasi perang terhadap Rusia dan dapat memicu Perang Dunia III.

"Bagi kami, Krimea adalah bagian dari Rusia dan itu berarti selamanya. Segala upaya untuk mengganggu Krimea adalah deklarasi perang melawan negara kami," kata Medvedev kepada situs berita Argumenty seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Selasa (28/6/2022).

Dia mengingatkan negara anggota pakta pertahanan Atlantik utara itu bahwa jika pasukan NATO sampai masuk ke Krimea yang diambil oleh Rusia pada 2014 maka tindakan itu berarti Rusia berkonflik dengan seluruh anggota pakta tersebut. 

Dia menegaskan bahwa Perang Dunia III merupakan sebuah bencana total. Medvedev, yang sekarang menjadi ketua Dewan Keamanan Rusia, juga mengatakan bahwa jika Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO maka Rusia akan memperkuat perbatasannya. 

“Kami siap untuk langkah-langkah pembalasan dan dapat diperluas dengan pemasangan rudal hipersonik Iskander di depan pintu mereka," ujarnya.

Aneksasi Krimea yang sempat menjadi bagian Rusia selama 170 tahun, terjadi hanya dalam beberapa hari. "Krimea selalu merupakan bagian dari Rusia di hati dan pikiran penduduknya," ujar Putin tiga pekan setelah aneksasi seperti yang dikutip dari The New York Times.

Saat aneksasi tahun 2014, Rusia mengirimkan militernya untuk mengadakan referendum. Dilansir dari petinggi Rusia dan sumber-sumber media Krimea, 95% penduduk memilih reunifikasi dengan Rusia.

Hanya saja hingga saat ini, kebenaran referendum masih dipertanyakan oleh komunitas internasional.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper