Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Prancis Emmanuel Macron kehilangan mayoritas di parlemen setelah aliansi sayap kiri dan saya kanan memenangkan pemilu, sehingga menjadi pukulan yang mengejutkan terhadap rencana reformasi besar pada masa jabatan keduanya.
Hasil pemilu kemarin menjerumuskan politik Prancis ke dalam kekacauan dan meningkatkan prospek legislatif yang lumpuh. Bahkan koalisi akan berantakan dan Macron terpaksa membangun sekutu baru.
Macron, 44, sekarang juga berisiko terganggu oleh masalah domestik yang berusaha memainkan peran penting dalam mengakhiri invasi Rusia ke Ukraina. Pasalnya, dia dinilai sebagai negarawan kunci di Uni Eropa.
Koalisi "Bersama" Macron berada di jalur untuk menjadi partai terbesar di Majelis Nasional berikutnya. Tetapi, dengan posisi 210 berbanding 260 kursi akan membuatnya kekurangan 289 kursi yang dibutuhkan untuk mayoritas, menurut proyeksi oleh lima perusahaan jajak pendapat Prancis setelah pemungutan suara putaran kedua hari Minggu.
"Situasi ini merupakan risiko bagi negara kita, mengingat tantangan yang harus kita hadapi," kata Perdana Menteri Elisabeth Borne dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi dengan mengatakan: "Kami akan bekerja mulai besok untuk membangun mayoritas."
Hasil itu juga sangat menodai kemenangan pemilihan presiden April Macron ketika dia mengalahkan sayap kanan untuk menjadi Presiden Prancis pertama yang memenangkan masa jabatan kedua dalam lebih dari dua dekade.
Baca Juga
“Ini adalah titik balik untuk citranya yang tak terkalahkan,” kata Bruno Cautres, peneliti di Pusat Penelitian Politik Ilmu Po sspefti dikutip ChannelNewsAsia.com, Senin (20/6/2022).
Koalisi sayap kiri baru NUPES di bawah pimpinan tokoh kiri-keras berusia 70 tahun Jean-Luc Melenchon berada di jalur untuk memenangkan 141-185 kursi atau kemungkinan tiga kali lipat keterwakilan mereka dibandingkan dengan parlemen yang akan keluar.
Koalisi, yang dibentuk pada Mei setelah kelompok kiri terpecah untuk pemilihan presiden April, menyatukan kelompok sosialis, ekstrem kiri, komunis dan hijau.
Seorang anggota parlemen terkemuka dari Partai Melenchon, Alexis Corbiere, mengatakan hasil pemilu itu menunjukkan rencana Macron untuk menaikkan usia pensiun Prancis menjadi 65 tahun telah "tenggelam".