Bisnis.com, JAKARTA – Masyarakat Antikorupsi Indonesia (MAKI) membandingkan cara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memburu burnonan kasus suap pergantian antarwaktu (PAW) Harun Masiku dengan mantan politikus Partai Demokrat M Nazaruddin.
Koordinator MAKI Boyamin Saiman mengatakan saat menangkap Nazaruddin KPK lebih memiliki kemauan dan tekad.
Bahkan, kata Boyamin, KPK sampai berhasil menangkap Nazaruddin yang saat itu bersembunyi di Kolombia.
“Kunci utamanya bukan KPK tidak lagi memiliki SDM atau kemampuan untuk mencari Harun Masiku, tapi yang utama adalah tidak mau, jadi tidak ada kemampuan untuk mencari. Dulu misalnya dalam kasus Nazaruddin itu sampai bisa menangkap di Kolombia itu karena awalnya karena kemauan, tekad kuat untuk menangkap,” kata Boyamin kepada wartawan, Senin (30/5/2022).
Dia mengatakan, dulu, KPK aktif melakukan lobi tingkat tinggi dengan pemerintah Singapura yang akhirnya membuat Nazaruddin pergi dari sana. Setelah pergi dari Singapura, pelarian Nazaruddin berakhir di Kolombia.
“Nazaruddin Bagaimana dulu di Singapura dia bersembunyi tidak ekstradisi tapi kemudian melakukan upaya lobi-lobi tingkat tinggi akhirnya Singapura 'tidak menginginkan' Nazaruddin atau disuruh pergi di Singapura, akhirnya di Kolombia ditangkap,” kata Boyamin.
Baca Juga
Sementara itu, menurut Boyamin, KPK seakan tidak memiliki kemauan untuk menangkap Harun Masiku. Menurut dia, KPK memiliki kempuan untuk meringkus Harun Masiku.
“Nah, karena tidak ada kemauan ya otomatis segala hal jadi turun semua derajatnya, SDM-nya, sarana teknologinya, tidak betul-betul dipantau segala macam. Jadi, itu intinya ketidakmauan ini lah yang menjadi kunci kenapa Harun Masiku sampai sekarang tidak tertangkap. Kalau soal kemampuan saya yakin masih bisa, kemampuan itu kan dipacu dari kemauan, jadi kuncinya itu,” kata Boyamin.