Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat internasional Hikmahanto Juwana mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) tidak akan berani terlibat perang melawan Rusia di Ukraina.
Hal itu disebabkan AS khawatir Presiden Rusia Vladimir Putin serius untuk meluncurkan rudal nuklirnya.
“Putin bilang jika ada negara ketiga yang ikut campur, saya akan gunakan nuklir. Di situ AS takut,” ujar Rektor Universitas Jenderal Ahmad Yani tersebut dalam diskusi daring, Kamis (10/3/2022).
“Mengapa? Presiden Biden pada saat bicara di senat dia menyatakan ‘AS tidak akan terlibat di Ukraina’ karena dia tahu konsekuensinya,” lanjutnya.
Jerman pun, kata Hikmahanto, bersikap seperti AS. Oleh karena itu, Presiden Ukraina Zelensky meminta tolong kepada NATO.
“Mereka NATO kan cuek dulu, tunggu dulu. Kalau saya masuk, saya berhadapan dengan Rusia, senjata nuklir masuk jadilah perang dunia ketiga,” imbuh Guru Besar UI tersebut.
Baca Juga
Selain itu, lanjut dia, AS dan NATO tidak mempunyai legitimasi membantu Ukraina.
Hikmahanto menuturkan, AS dan NATO telah mencoba ke Dewan Keamanan PBB untuk memperoleh legitimasi, tapi akhirnya diveto oleh Rusia.
“Belum lagi rakyat AS bilang ‘kita sudah perang di Afganistan tidak dapat apa-apa. Terus mau perang di Ukraina mau ngapain?,” ucapnya.
Hikmahanto menjelaskan bahwa konteks Rusia menyerang Ukraina bukan semata-mata memberi peringatan ke Ukraina.
“Kita harus pahami konteks mengapa Rusia serang Ukraina. Ini sudah saya konfirmasi, bahwa perang ini bukan maksud ditunjukkan semata-mata kepada Ukraina. bukan. Tetapi ini masalahnya Rusia dengan NATO dan Amerika Serikat,” jelasnya.
Menurut dia, Presiden Ukraina Zelensky dan AS sudah lama membuat situasi memanas dan mereka mengetahui Rusia tidak menyukainya.
“Mereka tahu bahwa Putin tidak suka itu. Sementara Ukraina, dengan Presiden Zelensky mau ikut NATO. AS memberikan angin segar. Itu kemudian Putin mencari alasan untuk melakukan serbuan terhadap Ukraina.
“Putin khawati, jika negara-negara di sekitar Rusia bergabung dengan NATO. Pasalnya, pada sistem NATO, serangan terhadap satu negara anggotanya berarti serangan terhadap NATO.”