Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dubes AS Untuk Indonesia Ungkap Langkah Sanksi Sekutu untuk Rusia

Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Sung Kim turut angkat bicara dalam menanggapi operasi militer Rusia di Ukraina.
Duta Besar Amerika Serikat Sung Yong Kim (kiri) berbincang dengan Menko bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (kanan)./Akun Facebook Luhut
Duta Besar Amerika Serikat Sung Yong Kim (kiri) berbincang dengan Menko bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (kanan)./Akun Facebook Luhut

Bisnis.com, JAKARTA – Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Sung Kim turut angkat bicara dalam menanggapi operasi militer Rusia di Ukraina.

Dikutip melalui keterangan pers, Sung mengatakan pihaknya telah mengamati konflik di Ukraina dengan sangat cermat, di mana disebutkan bahwa AS akan mendukung penuh Ukraina.

“Amerika Serikat, bersama dengan Sekutu dan mitra kami di seluruh dunia, akan terus mendukung rakyat Ukraina dalam membela negara mereka. Dengan memilih untuk membiayai perang daripada berinvestasi untuk kebutuhan Rusia, invasi Putin ke Ukraina akan menjadi kegagalan bagi Kremlin dan merusak masa depan rakyat Rusia,” katanya, dikutip melalui rilisnya, Jumat (4/2/2022).

Lebih lanjut, dia menyebutkan saat ini merupakan keadaan yang berbahaya bagi Eropa, Dunia, termasuk di Indonesia. Penyebabnya, dengan melancarkan serangan terhadap Ukraina, Rusia diyakini telah melakukan serangan terhadap prinsip-prinsip yang menjunjung perdamaian dan demokrasi global.

Dia pun mengapresiasi langkah Indonesia karena mensponsori bersama resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Rabu (2/3/2022) yang didukung oleh sebagian besar negara anggota PBB yang menegaskan kembali kedaulatan Ukraina, kemerdekaan dan integritas teritorial, dan menuntut penarikan segera dan secara total pasukan militer Rusia.

Hal ini dikarenakan, menurutnya kebebasan, demokrasi, dan martabat manusia adalah kekuatan yang jauh lebih hebat daripada ketakutan dan penindasan.

“Dalam kontes antara demokrasi dan otokrasi, antara kedaulatan dan penaklukan, jangan salah bahwa kebebasan akan menang,” katanya.

Dubes Sung menyatakan, AS dan sekutu akan membatasi Rusia dalam melakukan bisnis, bahkan akan menyulitkan Rusia untuk membiayai dan mengembangkan teknologi militernya.

“Kami akan melemahkan kemampuan Rusia untuk bersaing dalam ekonomi global. Dan kami siap untuk berbuat lebih banyak lagi,” katanya.

Sung menjelaskan, AS dan para sekutu sedang mengambil tindakan untuk meminta pertanggungjawaban Rusia atas invansi ke Ukraina.

Adapun, disebutkan bahwa saat ini Rusia telah dikeluarkan dari sistem pembayaran internasional SWIFT. Negara-negara sekutu juga memberlakukan tindakan pembatasan pada bank sentral Rusia.

Dia melanjutkan, Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga telah mengumumkan sanksi keuangan secara menyeluruh serta kontrol ekspor yang ketat yang akan merugikan ekonomi, sistem keuangan, dan akses Rusia ke teknologi mutakhir.

“Setelah Putin memulai invasinya, mata uang rubel mencapai titik terlemahnya dalam sejarah, dan pasar saham Rusia jatuh,” tukasnya.

Bukan hanya kepada Rusia sebagai negara, AS dan sekutu juga akan menjatuhkan sanksi kepada para perancang perang, termasuk Putin sendiri.

Dia pun menyebutkan, dengan koordinasi sekutu yang erat dan kemitraan yang mewakili lebih dari setengah perekonomian global, dampak sanksi kepada rezim Putin pun semakin besar.

Selain hukuman ekonomi, Presiden Joe Biden juga telah mengesahkan tambahan bantuan keamanan senilai US$350 juta. Bantuan tersebut diberikan agar Ukraina segera dapat mempertahankan diri.

Sung melanjutkan, total bantuan keamanan Amerika ke Ukraina selama setahun terakhir menjadi lebih dari US$1 miliar.

Selain itu, Amerika Serikat dikatakan saat ini juga telah berkoordinasi dengan negara-negara utama penghasil dan konsumen minyak dunia untuk menekankan kepentingan bersama mengamankan pasokan energi global.

“Kami bekerja sama dengan perusahaan energi untuk meningkatkan kapasitas mereka untuk memasok energi ke pasar, terutama sebagai akibat dari kenaikan harga,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper