Bisnis.com, AKARTA – Mantan Kepala Dinas Bina Marga Kabupaten Lampung Tengah Taufik Rahman mengaku sempat kesal karena mediator untuk bertemu dengan ketua Banggar DPR 2014-2019 Azis Syamsuddin berbeda.
Pertemuan tersebut guna pengajuan tambahan dana alokasi khusus (DAK) tahun anggaran 2017 di daerahnya.
Taufik mengatakan bahwa Darius yang merupakan konsultan dari perusahaan swasta punya kenalan untuk membantu mengurus tambahan DAK Lampung Tengah. Dia adalah Aliza Gunado yang mengaku orang dekat tangan Aziz.
Bertemu di sebuah cafe di Bandar Lampung, Aliza menyampaikan apabila proposal ingin tembus, harus mengajukan ke Kementerian Keuangan, Kementerian PUPR, Bappenas, dan DPRD termasuk Banggar.
“Sebelum ketemu memang Darius kasih tahu ini orangnya Pak Azis Syamsuddin, Aliza. Aliza juga memperkenalkan diri bahwa dia orangnya Pak Azis Syamsuddin,” katanya saat menjadi saksi dalam persidangan perkara suap dengan terdakwa mantan penyidik KPK, yakni AKP Stepanus Robin Pattuju dan pengacara Maskur Husain di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat, Senin (1/11/2021).
Aliza lalu mengatakan proposal tersebut bisa diajukan lewat dia. Setelah berkas selesai, Taufik membawa ke Jakarta untuk bertemu Aliza di Gedung DPR.
Saat itu nilai tambahan yang diajukan Rp300 miliar. Tapi Aliza bilang terlalu besar sehingga perlu direvisi menjadi sekitar Rp130 miliar.
Taufik pun pulang dan melapor ke mantan Bupati Mustafa. Akan tetapi yang disampaikan Mustafa adalah tidak kenal dengan Aliza. Yang dia tahu, orang kepercayaan Aziz adalah Edi Sujarwo.
Lalu, Taufik dan Darius mencari cara untuk menghubungi Jarwo. Setelah bertemu, Jarwo mengaku kaki tangan Aziz. Akhirnya pertemuan dengan Aziz berlangsung.
Di Jakarta, rombongan Taufik bertemu Jarwo di cafe milik Azis yang dikelola adiknya. Akan tetapi pertemuan dengan Azis batal karena sedang ada rapat ada rapat banggar.
Keesokan harinya, Taufik dengan Daries diajak Jarwo langsung ke DPR untuk bertemu Azis. Jarwo kukuh bahwa dia orang dekat Azis.
“Di gedung DPR kami tunggu di ruang tunggu sekitar 30 menit. Pak Jarwo menelepon, tidak lama Pak Azis datang. Terus pak Jarwo menyampaikan ke Pak Azis, ‘ini Pak, ada teman-teman dari Lampung Tengah’,” jelas Taufik.
Saat itu, Taufik ingin bicara banyak. Seperti tahu maksud dan tujuannya, Azis langsung berkata bahwa Lampung Tengah dapat DAK Rp25 miliar.
Taufik melobi untuk ada tambahan lagi. Akan tetapi nominal anggaran untuk DAK tinggal ketok palu atau agenda kesepakatan saja. Setelah itu, dia pulang. Setibanya di hotel, Taufik ditelepon Aliza untuk bertemu.
“Akhirnya ketemu pas saya ke Hotel Borobudur. Ketemu agak emosi. Kenapa kok awal ketemu Aliza terus di tengah jalan ganti orang sama Jarwo,” terangnya.
Aliza lalu berdalih bahwa Jarwo adalah orang lapangan sehingga tidak paham urusan yang menjadi tujuan Taufik. Sedangkan masalah yang ingin diselesaikan Taufik berurusan dengan teknis dan itu adalah bidangnya.
“Saya bilang saya tidak ikut-ikut. Selesaikan sajalah antara Pak Aliza dengan Pak Jarwo. Setelah itu pulang. Besok paginya 22 Juli di Hotel Veranda selesai sarapan Pak Aliza datang ngobrol sama pak Jarwo. Tidak lama mereka ketemu saya. Dia bilang lewat mereka berdualah yang urus DAK,” papar Taufik.