Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hambali, Otak Serangan Bom Bali Mulai Diadili di Guantanamo

Hambali, otak bom bunuh diri pada Oktober 2002 di Paddy’s Pub dan Sari Club di Bali diadili dalam persidangan di pusat penjara Guantanamo.
Seorang warga berdoa dan menaruh karangan bunga di Monumen Bom Bali untuk memperingati 16 tahun peristiwa tersebut. / JIBI/BISNIS- Ni Putu Eka Wiratmini
Seorang warga berdoa dan menaruh karangan bunga di Monumen Bom Bali untuk memperingati 16 tahun peristiwa tersebut. / JIBI/BISNIS- Ni Putu Eka Wiratmini

Bisnis.com, JAKARTA — Salah satu aktor intektual Bom Bali I Hambali diadili dalam persidangan di pusat penjara Guantanamo bersama dengan dua warga negara malaysia terkait kasus pembunuhan, konspirasi dan terorisme.

Hambali yang memiliki nama asli Encep Nurjaman adalah orang Indonesia yang menjadi pemimpin Jemaah Islamiyah. Kelompok itu disanyalir menjadi kekuatan terorisme di Asia Tenggara yang berhubungan langsung dengan al-Qaida besutan Osama Bin Laden.

Melansir dari theguardian.com, Selasa (31/8/2021) Pemerintah Amerika membeberkan Hambali merekrut militan termasuk dua orang Malaysia di antaranya Mohammed Farik bin Amin dan Mohammed Nazir bin Lep Nurjaman untuk aksi jihad di sejumlah negara.

Aksi Jihad yang disusun al-Qaida dan Jemaah Islamiyah itu seperti bom bunuh diri pada Oktober 2002 di Paddy’s Pub dan Sari Club di Bali yang kini dikenal dengan Tragedi Bom Bali I. Selain itu, bom bunuh diri di JW Marriott, Jakarta. Serangan itu menewaskan 213 orang.

Jaksa menyatakan Bin Lep dan Bin Amin terlibat sebagai penghubung yang mengirimkan pendanaan untuk aksi teror tersebut.

Berdasarkan laporan Komisi Khusus Senat Amerika Serikat Bidang Intelijen, ketiga pelaku teror itu ditangkap di Thailand pada tahun 2003 dan dipindahkan ke tempat rahasia milik CIA. Di sana, ketiganya diduga mendapatkan penganiayaan yang kejam. Belakangan, pada tahun 2006, mereka dipindahkan ke Guantánamo.

Ketiganya didakwa terlibat dengan peristiwa bom bunuh diri di klub malam tersebut dan ditahan di sel rahasia milik CIA selama tiga tahun yang diikuti dengan penahanan 15 orang lainnya di pangkalan terisolasi Amerika Serikat di Kuba.

“Ini sudah hampir 20 tahun, para saksi sudah meninggal, latar peristiwanya sudah berubah secara dramatis,” kata pengacara Brian Bouffard untuk Mohammed Nazir bin Lep, salah seorang Malaysia, sebelum persidangan.

“Menurut saya, sangat mustahil mendapatkan pengadilan yang adil saat ini,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper