Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah kasus harian Covid-19 mengalami tren penurunan bila dibandingkan dengan puncak kasus yang sempat terjadi saat PPKM Darurat.
Dalam data yang dikompilasi oleh Bisnis.com, komulatif kasus harian Covid-19 pada periode 1 Juli-22 Juli 2021 mencapai 855.067, kini sudah turunn menjadi 565.798 kasus, pada periode 1 Agustus -22 Agustus 2021.
Namun, bila dibandingkan dengan periode April dan Mei 2021, maka data menunjukkan adanya peningkatan hingga 5 kali lipat. Lantas, untuk menekan penularan Covid-19, maka pemerintah menarik rem PPKM Darurat pada 3 Juli 2021.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menuturkan bahwa penanganan pandemi Covid-19 sangat membutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak. Dia menegaskan bahwa tidak boleh ada satu orang pun yang merasa paling pintar dan paling mengetahui terkait penanganan Covid-19.
"Sepanjang sejarah 100 tahun ini belum ada kasus seperti ini parahnya. inilah kasus yang penanganannya tidak boleh satu orang pun merasa dia paling tahu dan paling mengerti," kata Luhut dalam konferensi pers, Senin (16/8/2021).
Luhut menambahkan bahwa peningkatan kasus positif Covid-19 per 15 Agustus 2021 turun 76 persen, bila dibandingkan dengan titik puncaknya. Sementara itu kasus aktif juga dilaporkan turun 53 persen.
Selain itu, Luhut mengklaim angka kesembuhan juga meningkat dan jumlah kematian terus mengalami penurunan.
Keterangan | Jumlah Kasus Baru Covid-19 |
1-22 April | 115.100 |
1-22 Mei | 101.572 |
1-22 Juni | 196.410 |
1-22 Juli | 855.067 |
1-22 Agustus | 565.798 |
Sumber: Covid19.go.id, diolah
Pemerintah sudah melakukan perpanjangan PPKM Darurat hingga menurunkan levelnya. Penurunan level PPKM Jawa Bali dilakukan seiring dengan penurunan kasus dari puncaknya.
Dalam Instagram, Senin (23/8/2021), Presiden Jokowi mangatakan bahwa tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit kian menurun, penghuni tempat-tempat isolasi mandiri juga terus berkurang.
Presiden Jokowi mengimbau masyarakat Indonesia untuk tetap menjaga diri dengan menerapkan protokol kesehatan karena pandemi belum benar-benar berakhir. Menurutnya, Covid-19 masih menjadi ancaman yang nyata bagi Indonesia.
"Kita belum tiba di akhir pandemi, Covid-19 masih menjadi ancaman yang nyata. Peran setiap kita masih sangat dibutuhkan untuk bersama-sama memutus rantai penyebaran virus ini," tulis Presiden Jokowi.
Terpisah, Epidemiolog, Dicky Budiman mengungkapkan bahwa PPKM Jawa Bali dan Luar Jawa Bali bisa mencegah kondisi terburuk saat pandemi Covid-19. Sebab, masih banyak masyaraktat yang tidak mau memeriksakan diri untuk swab.
“Banyak kasus yang tidak terdeteksi. Setidaknya minimal 50.000 kasus bahkan lebih tidak terdeteksi. Kasus-kasus yang tidak terdeteksi ini akan terus menjadi penyebar atau penyebab terjadinya cluster lain dan penyebaran varian Delta ini di mana-mana,” ungkapnya kepada Bisnis.com, Senin (23/8/2021).
Dicky mengatakan bahwa pelonggaran bisa ilakukan tetapi setidaknya satu level di bawah dan harus terukur. Dia mengharapkan agar pemerintah masih melanjutkan PPKM Jawa Bali dan Luar Jawa, serta serius melakukan tracing.
“Kalau misalkan di satu sektor satu aspek, pelonggarannya 50 persen, ya semuanya 50%. Jangan di sini 50%, di sana 70%. Itu tidak koheren, tidak akan saling menunjang. Ini yang berbahaya.”
Epidemiolog ini berharap agar pemerintah serius dan jangan melakukan negosiasi dalam mengatasi Covid-19, sebab kasus ini bisa saja menciptakan puncak baru lagi. “PPKM akan terus berlanjut, karena levelnya menurun. Tapi harus dituntaskan, dibereskan atau ditegaskan dulu performa indikatornya supaya tidak berubah-ubah, supaya tidak ada negosiasi-negosiasi,” tutupnya.