Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bentrok Militer dengan Pasukan Penentang Junta Myanmar, 25 Orang Tewas

Aksi kekerasan telah berkobar di banyak negara bagian di Myanmar sejak kudeta terhadap Aung San Suu Kyi.
Seorang pria mengacungkan salam tiga jari, simbol perlawanan sipil terhadap kudeta dan junta militer Myanmar, ketika melewati ban terbakar sewaktu unjuk rasa menentang kudeta di Mandalay, Myanmar, 1 April 2021./Antara/Reuters-Stringer
Seorang pria mengacungkan salam tiga jari, simbol perlawanan sipil terhadap kudeta dan junta militer Myanmar, ketika melewati ban terbakar sewaktu unjuk rasa menentang kudeta di Mandalay, Myanmar, 1 April 2021./Antara/Reuters-Stringer

Bisnis.com, JAKARTA – Pasukan keamanan Myanmar menewaskan sedikitnya 25 orang dalam konfrontasi dengan penentang junta militer di pusat kota di ibu kota negara itu, pada Jumat (2/7/2021).

Seperti dilansir Channel News Asia, Minggu (4/7), menurut seorang penduduk, bentrok tersebut terjadi di Depayin di wilayah Sagaing, sekitar 300 kilometer (km) utara ibu kota Naypyidaw. Permintaan tanggapan atas peristiwa itu tidak ditanggapi juru bicara militer.

Sementara itu, Global New Light of Myanmar yang dikelola pemerintah mengatakan "teroris bersenjata" telah menyergap pasukan keamanan yang berpatroli di sana, menewaskan salah satu dari mereka dan melukai enam orang. Dikatakan juga bahwa para penyerang mundur setelah ada pembalasan oleh pasukan keamanan.

Myanmar telah jatuh ke dalam kekacauan akibat kudeta terhadap pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021. Aksi kekerasan berkobar di banyak bagian negara berpenduduk lebih dari 53 juta orang itu.

Seorang warga Depayin, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan empat truk militer menurunkan tentara di desa itu pada Jumat (2/7) pagi.

Pemuda-pemuda dari Angkatan Pertahanan Rakyat setempat, yang dibentuk untuk menentang junta, mengambil posisi untuk menghadapi mereka. Namun, mereka hanya memiliki senjata darurat dan dipaksa mundur oleh senjata yang lebih berat dari pasukan keamanan, kata penduduk tersebut.

Sebanyak 25 jenazah telah dikumpulkan setelah pertempuran.

Situs BBC Burma dan Than Lwin Khet News memuat berita serupa. Adapun Pasukan Pertahanan Rakyat Depayin mengatakan di laman Facebook-nya bahwa 18 anggota mereka telah tewas dan 11 lainnya terluka.

Pasukan Pertahanan Rakyat didirikan oleh penentang junta di banyak bagian Myanmar. Beberapa dari mereka bekerja sama dengan Pemerintah Persatuan Nasional yang didirikan di bawah tanah sebagai saingan administrasi militer.

Sekitar dua lusin kelompok etnis bersenjata telah bertempur selama beberapa dekade di perbatasan Myanmar. Tapi, Depayin berada di jantung mayoritas etnis Bamar, yang juga mendominasi angkatan bersenjata.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan kekerasan sejak kudeta telah mengusir lebih dari 230.000 orang dari rumah mereka. Lebih dari 880 orang juga telah dibunuh oleh pasukan keamanan sejak kudeta dan lebih dari 5.200 lainnya ditahan.

Pihak berwenang militer menyatakan angka-angka ini tidak benar, tetapi belum memberikan perkiraan mereka sendiri.

Pihak militer menyampaikan asumsi kekuasaan sejalan dengan konstitusi. Mereka menuduh ada kecurangan oleh partai yang terafiliasi dengan Aung San Suu Kyi dalam Pemilihan Umum (Pemilu) yang digelar pada November 2020. Meskipun, tuduhan itu dibantah oleh badan pemilihan sebelumnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper