Bisnis.com, JAKARTA - Myanmar memperpanjang serangkaian tindakan selama satu bulan untuk memerangi Covid-19, ketika negara itu melaporkan 1.580 infeksi baru kemarin, catatan harian tertinggi dalam tujuh bulan.
Dilansir Bloomberg, Kamis (1/7/2021), negara berpenduduk 55 juta orang itu mempertahankan larangan penerbangan komersial internasional dan penerbitan berbagai visa serta izin masuk di perbatasan setidaknya hingga 31 Juli.
Adapun, jam malam pukul 22.00 hingga pukul 04.00 pagi tetap berlaku seperti halnya larangan kegiatan hiburan publik termasuk pertunjukan di bioskop, festival, dan konser.
Menteri Kesehatan Thet Khine Win mengatakan bahwa kebangkitan kasus didorong oleh jenis Covid-19 yang bermutasi, yang pertama kali terdeteksi Myanmar bulan lalu. Dia meminta pejabat kesehatan untuk secara efektif mengelola sumber daya manusia di pusat perawatan dan karantina.
Ribuan petugas medis telah menolak untuk bekerja sejak militer merebut kekuasaan pada Februari dengan alasan kecurangan pemilih dalam pemilihan umum 2020.
Ekonomi berpendapatan terendah di Asia Tenggara itu melaporkan 157.277 kasus Covid-19, termasuk 3.334 kematian pada 30 Juni, menurut Kementerian Kesehatan dan Olahraga. Rata-rata kasus mingguan meningkat sekitar dua kali lipat di masing-masing dari enam minggu terakhir, dengan kematian terkait virus melonjak lebih cepat.
Myanmar tidak sendirian dalam menghadapi lonjakan. Varian delta yang sangat menular telah mempercepat wabah di sekitar Thailand, Malaysia, Vietnam dan Indonesia, yang mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka akan menutup sementara mal dan menempatkan lebih banyak pembatasan pada bisnis di pusat ekonomi Jawa dan Bali untuk menghentikan peningkatan eksponensial dalam infeksi virus corona. .
Akses ke vaksin Covid semakin menjadi kendala bagi Myanmar, mengingat keterlambatan pengiriman dari negara tetangga India, yang juga sangat terpukul oleh virus tersebut. Negara yang dulu dikenal sebagai Burma itu telah menerima 4 juta dosis gabungan dari India dan Cina, dengan sekitar 3,4 juta dosis telah diberikan.
Panglima militer Min Aung Hlaing seperti dikutip dalam transkrip wawancara dengan layanan berita Rusia bahwa Myanmar telah setuju untuk membeli 2 juta dosis vaksin dari Rusia. Negosiasi sedang berlangsung untuk membeli tambahan 7 juta dosis Sputnik V dan vaksin tunggal dosis Sputnik Light. Rezim itu juga akan membahas pembelian lebih banyak vaksin dari China, kata laporan itu.
Sektor swasta juga telah mendapat persetujuan dari kementerian kesehatan untuk mengimpor vaksin lain yang digunakan di wilayah tersebut.