Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pemberontakan rakyat tahun 2014 yang membuat mantan Presiden Ukraina Viktor Yanukovich dipaksa turun dari jabatannya adalah hasil dari kudeta yang diatur oleh Amerika Serikat dan didukung oleh sekutu Washington di Eropa.
Dimuat dalam surat kabar Jerman, Die Zeit untuk menandai peringatan 80 tahun invasi Jerman ke Uni Soviet selama Perang Dunia II, Putin menggambarkan penggulingan Yanukovich sebagai kudeta bersenjata anti-konstitusional.
Moskow telah lama menuduh AS mengobarkan gejolak perlawanan di Ukraina. Ketegangan dengan negara tetangga Rusia itu meningkat sejak Yanukovich, seorang pemimpin pro-Kremlin, disingkirkan.
Setelah dia terjungkal pada Februari 2014, Rusia mencaplok wilayah Laut Hitam Krimea dan memberikan dukungannya kepada pejuang separatis ketika konflik bersenjata meletus di timur Ukraina.
Dinamika pasca-Perang Dingin, yang membuat sejumlah negara dihadapkan pada “pilihan” antara berpihak pada Barat atau Rusia, telah membentuk 'tragedi Ukraina', tulis Putin.
“Mengapa Amerika Serikat mengorganisir kudeta, dan mengapa negara-negara Eropa mendukungnya, memprovokasi perpecahan di Ukraina?” katanya mempertanyakan.
Baca Juga
Dia mengatakan sekarang seluruh sistem keamanan Eropa telah terdegradasi secara serius. Ketegangan meningkat dan risiko perlombaan senjata baru menjadi nyata.
Sebulun pembicaraan, kedua belah pihak telah mengatakan bahwa terobosan besar tidak mungkin terjadi dengan hubungan antara Rusia dan Barat pada posisi terendah pasca-Perang Dingin.
Pemimpin Rusia itu dengan cepat memuji Biden setelah pertemuan itu dengan menyebutnya profesional. Tetapi Kremlin memperingatkan masih ada poin ketidaksepakatan yang signifikan antara Moskow dan Washington, terutama mengenai Ukraina dan peran yang dimainkan oleh NATO, aliansi keamanan transatlantik.
Dalam opininya, Putin mengatakan Rusia dan kekuatan Eropa telah kehilangan peluang besar untuk bekerja sama karena hubungan yang dingin.
“[Kerja sama] sangat penting sekarang, ketika kita semua dihadapkan pada tantangan bersama, pandemi dan konsekuensi sosial-ekonomi yang mengerikan,” tulisnya dalam artikel yang juga dipublikasikan di situs web Kremlin seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (23/6/2021).
“Seluruh sejarah pasca-perang Eropa Raya menegaskan bahwa kemakmuran dan keamanan bersama hanya mungkin melalui upaya bersama semua negara, termasuk Rusia,” tambah Putin. Dia memgakui “hubungan budaya dan sejarah yang tak terpisahkan dengan Eropa.
Pemimpin Rusia itu mengatakan Moskow dan ibu kota Eropa lainnya dapat bekerja sama dalam sejumlah masalah yang menjadi kepentingan bersama, termasuk keamanan, energi, teknologi, dan lingkungan.