Bisnis.com, JAKARTA - Ketegangan antara AS dan China mengemuka di Majelis Umum PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) tahunan di New York setelah Presiden AS Donald Trump menyalahkan China atas penyebaran Virus Corona atau Covid-19.
Dia menyerukan agar China dimintai pertanggungjawaban atas pandemi yang telah menelan korban meninggal hampir satu juta orang tersebut.
Dalam pidatonya, Presiden China Xi Jinping mengatakan negaranya "tidak berniat memasuki Perang Dingin dengan negara mana pun".
Simak pidato blasan Jinping dari video Youtube resmi PBB,United Nations berikut ini.
Hubungan antara dua kekuatan dunia itu tegang di sejumlah medan. KTT di New York pada tahun ini sebagian besar diadakan secara virtual dan para pemimpin dunia menyampaikan pidato yang direkam sebelumnya.
Dengan format baru tersebut, beberapa pertemuan politik yang biasanya ditawarkan pada pertemuan kunci PBB menjadi tidak ada. Setiap negara diwakili oleh satu delegasi dan ada sedikit kesempatan bagi satu negara untuk membantah yang lain.
Akan tetapi, seperti halnya pidato di depan majelis, Presiden Trump menggunakan pidatonya untuk memuji pencapaiannya dan mengerang lawannya.
"Kita harus meminta pertanggungjawaban bangsa yang melepaskan wabah ini ke dunia, yakni China," katanya, seperti dilaporkan BBC.com, Rabu (23/9/2020).
Menurutnya, pada hari-hari awal virus, China mengunci perjalanan di dalam negeri, sementara mengizinkan penerbangan meninggalkan China sehingga menginfeksi dunia.
China mengutuk larangan perjalanan saya di negara mereka pada saat mereka membatalkan penerbangan domestik dan mengunci warga di rumah mereka," tambahnya.
Presiden Trump sering menuduh Beijing menutupi virus itu, dengan mengatakan mereka bisa menghentikan penyebaran penyakit. Sedangkan China menyebut serangan itu sebagai gangguan yang tidak berdasar.
Jumlah kematian di AS karena virus corona lebih dari 200.000 atau adalah yang tertinggi di dunia dan Presiden Trump sering meremehkan wabah itu.
Ketegangan lainnya antara AS dan China terkait sejumlah masalah lain, termasuk perdagangan, teknologi, Hong Kong, dan perlakuan China terhadap minoritas Muslim di provinsi Xinjiang.
Berbicara segera setelah pemimpin AS, Presiden Xi memperingatkan tentang risiko "benturan peradaban".
"Kami akan terus mempersempit perbedaan dan menyelesaikan perselisihan dengan negara lain melalui dialog dan negosiasi," katanya.