Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Presiden Ma'ruf Amin memaparkan empat pendekatan yang perlu dilakukan sebagai upaya menghindari konflik dan menciptakan kerukunan beragama.
Pemaparan itu disampaikan saat Simposium Nasional dengan tema Studi dan Relasi Lintas Agama Berparadigma Pancasila (SIGMA Pancasila) secara virtual, Kamis (10/9/2020).
Pertama, bingkai politis atau politik kebangsaan, yakni melalui penguatan wawasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang meliputi tiga konsensus, NKRI dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila dan Undang-undang Dasar 45.
Kedua, bingkai teologis yakni melalui pengembangan teologi kerukunan. Bingkai ini mengartikan bahwa agama tidak dijadikan sebagai faktor pemecah belah tetapi menjadi faktor pemersatu dengan memperhatikan kondisi objektif bangsa Indonesia yang majemuk.
"Ketiga, bingkai sosiologis, yakni melalui penguatan budaya kearifan lokal, karena setiap daerah atau suku memiliki nilai-nilai budaya yang dianggap sebagai kearifan lokal atau local wisdom," kata Ma'ruf, melalui keterangan resmi, Kamis (10/9/2020).
Adapun strategi terakhir adalah bingkai yuridis, yakni melalui penguatan regulasi tentang kehidupan beragama secara komprehensif dan terintegrasi, baik dalam bentuk Undang-undang maupun peraturan hukum di bawahnya.
Baca Juga
Di sisi lain dia menuturkan, bahwa Pancasila merupakan dasar dan ideologi negara yang telah menjadi kesepakatan para pendiri bangsa. Namun, keragaman suku, budaya dan agama yang ada di Indonesia masih menimbulkan perbedaan pandangan di masyarakat terhadap pengamalan nilai-nilai Pancasila.
Untuk mencegah hal tersebut, nilai-nilai yang terkandung di dalam agama dan Pancasila harus dapat dipahami secara menyeluruh, sehingga akan tercipta kerukunan bangsa.
“Untuk menjaga agar Pancasila tetap dipahami secara komprehensif maka tidak boleh dipahami secara parsial antara satu sila dengan sila yang lain. Dan diperlukan pemahaman Pancasila secara utuh sebagaimana dirumuskan dan dipahami oleh para pendiri bangsa,” tutur Wapres.