Bisnis.com, JAKARTA - Israel akhirnya mencapai kesepakatan dengan Uni Emirat Arab untuk memulihkan hubungan kedua negara. Normalisasi hubungan keduanya itu tercapai, Kamis (13/8/2020), dengan difasilitasi oleh Amerika Serikat.
Terkait kesepakatan itu, pemerintah Arab Saudi memilih bungkam. Padahal, selama ini, Arab Saudi dikenal memiliki hubungan dengan Israel selama bertahun-tahun meskipun tidak memiliki hubungan diplomatik secara formal. Hubungan tak resmi itu sendiri dilandasi sikap yang sama, memusuhi Iran.
Menurut pakar, bungkamnya Arab Saudi atas normalisasi Uni Emirat Arab - Israel adalah hal yang wajar. Pasalnya, Arab Saudi kecolongan.
Dengan normalisasi, maka Uni Emirat Arab menjadi negara Teluk Arab pertama yang secara resmi memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Arab Saudi sulit memiliki hal itu karena harus konsisten atas isu Palestina.
"Hal itu pasti menjadi perhatian khusus pimpinan Arab Saudi sekarang. Mereka tengah mengkalkulasi bagaimana harus merespon langkah UAE," ujar pakar politik dari Azure Strategy, Neil Quilliam, dikutip dari Reuters, Jumat (14/8/2020).
Neil Quilliam melanjutkan, Arab Saudi tak hanya kecolongan dalam hal hubungan resmi dengan Israel. Abraham Accord, kata Neil Quilliam, juga membuat Arab Saudi kecolongan dalam hal kerjasama dengan Amerika.
Baca Juga
Lewat 'normalnya' hubungan dengan Israel, maka secara tidak langsung hubungan Uni Emirat Arab dengan Amerika pun akan semakin dekat. Amerika, sebagaimana diketahui, adalah sekutu Israel. Padahal, Arab Saudi juga tengah mencoba memperkuat hubungan baik dengan Amerika maupun Israel. Terutama, pasca Kongres AS memblokir ekspor senjata ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab tahun lalu.
Keuntungan tersebut akan makin terasa apabila capres dari Demokrat, Joe Biden, yang memenangkan Pilpres Amerika pada November nanti. Quilliam berkata, lewat hubungan diplomatik yang resmi dengan Israel plus pemerintahan baru oleh Joe Biden, Uni Emirat Arab bisa membangun hubungan diplomatik yang lebih erat dengan Amerika.
"Manuver Uni Emirat Arab akan sangat menguntungkannya ketika Biden yang menang. Hal tersebut akan mempermulus hubungan dengan Amerika sekaligus menikung Arab Saudi," ujar Neil Quilliam.
Sejauh ini, respon dari Arab Saudi terhadap kesepakatan Uni Emirat Arab - Israel hanyalah unggahan di Twitter.
Di Twitter, Kerajaan Arab Saudi mengunggah foto Raja Faisal yang pada Oktober 1973 mendorong embargo minyak untuk menghukum Amerika. Kala itu, Amerika mendukung Israel.
Posisi Faisal terhadap Israel memang lebih keras dibandingkan penerusnya, Raja Salman. Faisal pernah berkata, "Jika negara-negara Arab setuju untuk mengakui Israel dan membelah Palestina, maka kami tidak akan bergabung dengan mereka."