Bisnis.com, JAKARTA - Pemulihan hubungan antara Israel dan Uni Emirat Arab akhirnya tercapai, Kamis (13/8/2020) dengan diperantarai oleh Amerika Serikat.
Pemulihan hubungan tersebut tertuang dalam pernyataan bersama yang merupakan hasil pembicaraan antara Presiden AS Donald Trump, Benjamin Netanyahu dan Putera Mahkota Abu Dhabi Sheik Mohamed Bin Zayed.
Dilansir Bloomberg, Kamis (13/8/2020) malam, Donald Trump menyampaikan kesepakatan itu kepada awak media di Gedung Putih. Dalam penyampaiannya, Trump sempat berkelakar kepada para wartawan bahwa kesepkatan damai itu disebut sebagai 'kesepakatan Donald J. Trump'.
Donald Trump lebih lanjut menilai bahwa kesepakatan itu akan menjadi sejarah baru bagi perdamaian dunia. "Kesepakatan ini merupakan langkah signifikan menuju perdamaian di Timur Tengah," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih.
pic.twitter.com/GjE7vZd3SA https://t.co/1Bcbpr1D9d
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) August 13, 2020
Bloomberg melaporkan bahwa Trump telah lama berusaha menjadi perantara perdamaian di Timur Tengah. Di sisi lain, saat ini Trump tengah tertinggal dari penantangnya dalam kontestasi pemilihan presiden AS yakni Joe Biden.
Trump kalah dari calon presiden Partai Demokrat itu dalam jajak pendapat jelang pilpres AS yang bakal dihelat pada November 2020.
Baca Juga
Sementara itu, CNN International melaporkan bahwa peta politik AS berubah cepat setelah popularitas Joe Biden terus menanjak sejak Maret ketika keadaan darurat kesehatan terkait wabah virus Corona atau Covid-19 mulai ditetapkan.
Menurut analisis Direktur Politik CNN, David Chalian, seperti dikutip CNN International, Selasa (4/8/2020), pandemi virus Corona yang terus meluas dan kehancuran ekonomi yang terus-menerus dialami jutaan warga AS disertai ketidakmampuan Presiden Donald Trump mengendalikan krisis. Fakta itu terus tertanam dalam benak mayoritas warganya.
Akibatnya, tidak terlalu mengejutkan bahwa hal itu telah menjadi pukulan telak bagi petahana. Menurutnya, perkembangan yang lebih mengejutkan adalah bahwa tidak ada tindakan apapun yang mampu dilakukan Trump dan tim kampanyenya untuk mengubah kedaan selama dua bulan terakhir meski mereka telah mencobanya.
"Dari meluncurkan pesan ketertiban umum yang tegas di hadapan pelaku aksi damai untuk keadilan rasial, hingga langkahnya memecat manajer tim kampanye, kian menjauhkan hati rakyat darinya. Begitu juga dengan kinerjanya sebagai seorang Komando Tanggap Covid-19 dan sebaliknya suara publik bergerak ke arah Biden," ujar Chalian.