Bisnis.com, JAKARTA - Donald Trump tidak punya niat untuk 'secara damai' mentransfer kekuasaan jika dia kalah dalam pemilihan presiden Amerika Serikat yang bakal dihelat pada November 2020.
Hal itu ditegaskan anggota DPR AS Whip James Clyburn. Trump, yang melontarkan gagasan penundaan pemilu pada pekan lalu lantaran menuding adanya kecurangan tekait pencetakan kertas suara, tidak rela untuk meninggalkan Gedung Putih atau mengadakan 'pemilihan umum yang adil dan bebas'.
"Saya percaya bahwa dia berencana untuk mempertahankan kekuasaannya dengan alasan keadaan darurat sehingga terus memegang jabatannya," kata politisi terkemuka Partai Demokrat dari wilayah pemilihan Carolina Selatan kemarin seperti dikutip Bloomberg, Senin (3/8/2020).
Oleh karena itu, Clyburn mengatakan bahwa itu alasan mengapa orang-orang AS sebaiknya mengetahui.
Trump menimbulkan kemarahan setelah dalam pesan Twitter pada hari Kamis (30/7/2020) menyarankan penundaan pemilu hingga orang benar-benar merasa aman.
Setelah isu penundaan pemilu presiden AS mengemuka, Partai Republik juga membuat heboh dengan melarang wartawan meliputi kegiatan nominasi pencalonan Trump.
Baca Juga
Kepala Staf Gedung Putih Mark Meadows mengakui pernyataan Trump soal kecurangan surat suara dan gagasan menunda pemilihan presiden AS. Namun, dia menyatakan tidak ada pergeseran jadwal pemilihan.
"Kita akan tetap mengadakan pemilihan presiden pada 3 November dan presiden akan menang," kata Meadows.
Penasihat kampanye kepresidenan Jason Miller menggemakan pernyataan itu. "Pemilu akan diadakan pada 3 November dan Presiden Trump menginginkan pemilihan dilakukan pada 3 November," tegasnya.
Saran penundaan pemilihan presiden AS itu langsung ditolak oleh Demokrat dan rekan-rekan Republik di Kongres yang menjadi satu-satunya lembaga dengan wewenang untuk melakukan perubahan seperti itu.
Para pengeritik dan bahkan sekutu Trump menolak saran itu. Bahkan, saran itu dinilai sebagai upaya tidak serius untuk mengalihkan perhatian dari berita ekonomi yang menghancurkan.
Beberapa pakar hukum memperingatkan bahwa serentetan pernyataan Trump dapat merusak kepercayaan pendukungnya dalam proses pemilihan.