Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintahan Donlad Trump berencana menindak perangkat lunak milik perusahaan China yang dinilai membahayakan keamanan nasional, menyusul kecaman Presiden Amerika Serikat tersebut kepada TikTok.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Michael Pompeo membenarkan bahwa rencana itu merupakan perluasan dari wacana larangan TikTok di AS.
Pekan lalu, Trump mengatakan berencana untuk melarang TikTok dari AS tetapi keputusannya belum diumumkan. Pompeo mengindikasikan bahwa pengumuman tersebut akan dilakukan dalam waktu dekat.
"Pemerintah akan mengambil tindakan dalam beberapa hari mendatang sehubungan dengan beragam risiko keamanan nasional yang disajikan oleh perangkat lunak yang terhubung dengan Partai Komunis China," kata Pompeo dilansir Bloomberg, Senin (3/8/2020).
Sementara itu, keputusan Trump akan memiliki implikasi untuk Microsoft Corp, yang telah menjajaki akuisisi TikTok di AS. Pembicaraan mengenai kemungkinan akuisisi menjadi tidak jelas selama akhir pekan ketika para pihak menunggu kabar dari Gedung Putih.
"Jika perusahaan dan data dapat dibeli dan diamankan oleh perusahaan AS tepercaya yang akan menjadi hasil yang positif dan dapat diterima," kata Senator Marco Rubio dari Florida di Twitter.
Baca Juga
Sedangkan Pompeo mengatakan perusahaan perangkat lunak China yang melakukan bisnis di AS akan membocorkan data ke pihak berwenang Negeri Panda. Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan Trump dapat memblokir aplikasi itu dengan perintah eksekutif.
Mnuchin, yang mengepalai Komite Investasi Asing di Amerika Serikat atau CFIUS, mengatakan seluruh komite setuju bahwa TikTok tidak dapat tetap dalam format saat ini karena berisiko mengirimkan informasi tentang 100 juta orang AS.
Pandangan bahwa harus ada perubahan diungkapkan oleh anggota parlemen termasuk Ketua DPR Nancy Pelosi dan Pemimpin Senat Demokrat Chuck Schumer.
TikTok telah menjadi salah satu aplikasi paling populer di dunia, diunduh lebih dari 2 miliar kali secara global dan lebih dari 165 juta kali di AS. ByteDance siap untuk menjual 100 persen operasi TikTok di AS sebagai cara menghindari pemblokiran Trump.
Juru bicara perusahaan mengatakan TikTok telah mempekerjakan hampir 1.000 orang di AS tahun ini dan 10.000 orang lainnya untuk pekerjaan bergaji besar. Bisnis senilai US$1 miliar juga mendukung orang-orang di negara itu.
"Data pengguna TikTok AS disimpan di AS dengan kontrol ketat pada akses karyawan. Investor terbesar TikTok berasal dari AS. Kami berkomitmen untuk melindungi privasi dan keamanan pengguna kami," katanya.
Sementara itu, media pemerintah China membela TikTok. China Daily menyebutkan perlakuan Trump terhadap TikTok sama halnya dengan yang dilakukannya terhadap raksasa jaringan global China, Huawei Technologies Co. Ltd.
China Daily menulis dalam editorial pada Minggu kemarin bahwa meskipun kantor Kepresidenan AS mengklaim menentang otoriterisme, ia memiliki kecenderungan untuk secara sewenang-wenang menunjukkan otoritasnya sendiri.
Sedangkan editorial di Global Times, salah satu surat kabar yang dikelola pemerintah paling agresif di China, mengatakan bahwa klaim AS bahwa TikTok mengancam keamanan nasionalnya sendiri adalah tuduhan yang murni hipotetis dan tidak beralasan, sama seperti tuduhan tak berdasar bahwa Huawei mengumpulkan intelijen untuk Pemerintah China.