Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat Hukum Tata Negara Refly Harun mewanti-wanti agar Pilkada 2020 jangan sampai melahirkan calon pemimpin boneka. Hal itu diungkapkannya dengan menimbang bakal banyaknya calon tunggal di Pilkada Serentak 2020 termasuk di Solo, Jawa Tengah.
Refly mengatakan calon boneka yang dimaksud adalah peserta yang sengaja diciptakan agar pasangan calon (paslon) lain tidak melawan kotak kosong. Dia mengakui ada dilema mengenai kualitas pemilu Kota Solo kali ini dan mewanti wanti jangan sampai lahir calon boneka di Kota Solo.
"Jangan sampai di Solo ada calon boneka," kata Refly dalam akun Youtube miliknya, Selasa (11/8/2020).
Menurutnya, calon boneka tersebut biasanya diambil dari calon lemah dan dengan demikian, warga akan merasa dilematis untuk memilih si calon boneka sehingga warga akan memilih si paslon. "Kalau calon tersebut menang, ya dia jadi wali kota," katanya.
Oleh karena itu, dia menegaskan bahwa jika kondisinya hanya ada calon tunggal maka lebih baik melawan kotak kosong.
Dengan begitu, dia mengatakan kemenangan pasangan calon Gibran-Teguh sebagai calon tunggal akan ditentukan dengan berdasarkan kualitas, bukan karena terpaksa.
Baca Juga
"Kotak kosong akan menilai kualitas calon tunggal, apakah dia diterima atau tidak," ujarnya.
Hingga kini, baru ada pasangan Gibran-Teguh yang sudah dipastikan maju memperebutkan kursi Solo satu dan di sisi lain, ada bakal pasangan calon Bagyo Wahyono dan FX Supardjo yang sedang berjuang di jalur independen.
Adapun PKS yang menegaskan tidak mendukung Gibran juga masih kesulitan mengusung calon karena PKS belum memenuhi syarat minimal memiliki 9 kursi di DPRD Kota Solo.
Sebelumnya Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) menyatakan ada potensi 31 calon kepala daerah akan melawan kotak kosong dalam Pilkada mendatang. Salah satu alasannya adalah akibat sulitnya untuk mendapatkan dukungan partai politik yang akan mengusung.