Bisnis.com, JAKARTA - Mengenang kepergian istri tercinta bisa dilakukan melalui berbagai cara.
Sejumlah momen yang dijalani bersama istri, membuat mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono mengenang sejumlah hal terkait almarhumah Ani Yudhoyono yang dikenal dengan sapaan Bu Ani.
Mengenang hari ulang tahun almarhumah Ani Yudhoyono, SBY meluncurkan sebuah tembang Jawa berjudul Gunung Limo.
Hal itu tertulis di akun twitter @SBYudhoyono milik Presiden keenam RI tersebut.
"Lirik & nadanya diciptakan sendiri oleh SBY, kemudian diaransemen & dinyanyikan Rofik Ali, musisi berbakat asal Trenggalek, Jatim," cuit akun tersebut beserta tautan ke akun instgaram.@aniyudhoyono.
Saat diklik, pada akum tersebut terdapat tulisan tentang perjalanan ziarah SBY dan keluarga ke makam Ani Yudhoyono.
Baca Juga
"Kemarin, saya dan keluarga besar berziarah ke makam istri tercinta, almarhumah Ani Yudhoyono, bertepatan di hari ulang tahunnya tanggal 6 Juli 2020. Kami semua berdoa semoga Memo senantiasa mendapatkan perlindungan Allah SWT dan bahagia di dunianya," demikian tertulis di akun tersebut.
Di instagram tersebut juga dijelaskan soal tembang Jawa berjudul “Gunung Limo”.untuk mengenang Ani Yudhoyono.
"Gunung Limo merupakan salah satu obyek keindahan alam dari kota Pacitan yang merupakan tempat kelahiran saya. Melalui tembang ini, saya kembali mengenang kenangan manis di Gunung Limo bersama teman-teman masa kecil dan remaja. Gunung Limo pun menyisakan kenangan indah bersama almarhumah Ani Yudhoyono," demikian tulisan di instgram disertai tulisan *SBY* yang menunjukkan tulisan itu dibuat oleh SBY.
Sebelumnya, tepat pada perayaan Hari Lahir Pancasila, SBY mengisahkan tentang rasa kehilangan dalam hidupnya.
Pasalnya pada 1 Juni pada 2019 lalu, Ani Yudhoyono, sang istri, berpulang menghadap Tuhan Sang Maha Pencipta. Menurut SBY, Memo, panggilan sayang SBY kepada mendiang Kristiani Herrawati, adalah cintanya yang abadi.
“Istirahatlah dengan tenang Memo, cintaku abadi bersamamu,” tulis SBY dalam laman Facebooknya, Senin (1/6/2020).
Berikut tulisan lengkap SBY tentang mendiang istrinya:
Alhamdulillah, tahun terberat dalam hidupku telah kulalui ~ 1 Juni 2019 - 1 Juni 2020. Setahun sudah Ani Yudhoyono, belahan jiwaku, menghadap Sang Pencipta, Allah SWT. Istirahatlah dengan tenang Memo, cintaku abadi bersamamu. Bawalah kenangan indah bersamaku dan semua orang yang sangat kau sayangi ~ Agus, Annisa dan Aira, serta Ibas, Aliya, Airlangga, Sakti dan Gayatri.
Aku berharap, di tahun-tahun mendatang aku makin kuat untuk melanjutkan hidupku yang baru. Hidup tanpa orang yang sangat kucintai. Terima kasih Tuhan, telah membimbingku dan memberikan pelajaran hidup yang amat berharga. Meskipun aku tak akan pernah menolak takdirku, terus terang amat berat aku menjalani kehidupan tanpa Ani. Kehilangan dan kesedihan masih membayangi hari-hariku yang panjang dan malam-malamku yang gelap.
Hari ini, 1 Juni 2020, ketika aku terbangun dari tidurku..... aku tersadar. Tersadar bahwa ini adalah hari yang baru dalam perjalanan hidupku. Perjalanan jiwa dan hatiku ke depan. Dalam perenungan panjang yang aku lakukan, kini aku tahu bahwa hidup hakikatnya juga tentang “merelakan”. Merelakan kepergian orang yang sangat dicintai.
Setahun ini, seraya terus beribadah dan belajar memahami makna hidup yang hakiki, aku juga melakukan “healing process” atas kepergian Ani. Tak mudah memang. Tapi harus kujalani. Aku harus mengisi lembaran hidupku, sambil mengenang masa-masa indah bersama Ani. Tentu aku berharap agar lembaran itu tak hanya terisi oleh cerita tentang kedukaan, yang saat ini memang belum hilang.
Bulan pertama, Juni 2019, telah kutulis lirik lagu yang berjudul “Flamboyan Itu Telah Pergi”. Lagu ini sebenarnya merupakan permintaan Ani di hari-hari terakhir hidupnya, sebelum dipanggil oleh Sang Kholiq, yang ditulis dalam buku hariannya. Pesan itu sendiri baru kubaca tepat pada tanggal 4 Juni 2019, di Hari Idul Fitri 1440Hijriah yang agung, setelah Ani tiada. Aku berterima kasih karena Anji, salah satu penyanyi yang lagu-lagunya disenangi Almarhumah, bersedia menyiapkan nada dan sekaligus menyanyikannya. Lagu ini telah selesai rekamannya.
Bulan keenam, tepatnya 1 Desember 2019, aku menyanyikan sebuah lagu manis yang berjudul ”Seruling di Lembah Sunyi”. Lagu ciptaan V. Nanda Leimena itu aku nyanyikan tepat di bulan ke-enam kepergian Ani, sambil berdoa dan mengenangnya bersama keluarga dan para sahabat Ani.
Bulan kedelapan, Februari 2020, alhamdulillah aku dapat mewujudkan impianku bersama Ani, yaitu membangun sebuah museum. Melalui museum ini ingin kami abadikan perjalanan hidup kami berdua, terutama pada saat mengemban amanah memimpin Indonesia. Museum dan galeri seni kecil yang saat ini tengah dibangun di kota kelahiranku Pacitan, dapat diwujudkan dengan bantuan pendanaan dari berbagai pihak.
Rancangan awal museum aku dan Ani buat di Singapura. Tepatnya di kamar rumah sakit tempat Ani dirawat. Sungguh mengharukan. Di tengah-tengah pergulatan Ani menghadapi penyakit kanker darah yang dideritanya, Ani sangat berharap, disertai permohonan kepada Allah, agar museum itu bisa diwujudkan. Tempat dibangunnya museum di kota Pacitan juga merupakan dorongan Ani secara pribadi.
Sebelum dimulai pembangunannya di bulan Februari, selama 6 bulan rancangan arsitektur dan bangunannya aku matangkan di Cikeas. Alhamdulillah, para sahabat sudi untuk membantu terwujudnya pembangunan museum dan galeri seni itu.
Bulan kesebelas, Mei 2020, menjelang satu tahun kepergian Ani, hatiku tergerak untuk menciptakan satu lagu yang aku dedikasikan untuknya. Lagu itu menggambarkan apa yang aku rasakan setahun hidup tanpa Ani. Lagu itu aku beri judul “Setahun Kubegini”. Lagu yang lirik dan nadanya aku ciptakan sendiri ini dinyanyikan oleh Cakra Khan, seorang penyanyi yang memiliki vokal dan penjiwaan yang bagus. Lagu itu saat ini juga sudah siap rekamannya.
Masih di bulan Mei yang baru lalu, kutulis satu lagu lagi yang kuberi judul “Rindu Tak Tergantikan”. Lagu itu aku niatkan untuk menyertai babak perjalanan hidupku yang baru, setelah satu tahun ditinggal Ani.
Aku berharap, selangkah demi selangkah, rasa dukaku bisa digantikan dengan kerinduan dan kenangan yang indah. Aku ingin, inilah yang akan menjadi modal dan kekuatan hidupku yang baru ~ cinta abadi, kerinduan dan kenangan yang manis. Bukan rasa duka dan kehilangan yang tak berkesudahan. Meskipun, meskipun ... saat ini aku masih berikhtiar untuk menggapainya.
Mengapa aku menulis semuanya ini?
Setahun ini aku memang jarang bepergian. Ke manapun. Termasuk jarang bertemu dengan para sahabat, yang juga sahabat Almarhumah Ani. Karenanya, anggaplah tulisan ini sebagai bagian dari silaturahim dan perjumpaan kita. Terimalah pula cerita ini sebagai kabar dari seorang sahabat.
Di samping itu, sejumlah sahabat bertanya apakah ada acara “mengenang satu tahun berpulangnya Ani Yudhoyono”, seperti yang dulu pernah kita pikirkan. Hari ini, 1 Juni 2020, memang ada acara sederhana di rumah Cikeas untuk melakukan doa bersama memperingati berpulangnya istri tercinta. Namun, berhubung saat ini kita masih menjalankan protokol anti corona, acara ini hanya kami lakukan secara sangat terbatas.
Hanya keluarga inti yang melakukan doa bersama tersebut. Mohon maaf. Sebagai penggantinya, sudilah kiranya para sahabat mendoakan Almarhumah agar hidup tenang dalam lindungan Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Terima kasih para sahabatku. Semoga kita semua juga senantiasa dalam keberkahan dan lindungan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.