Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lockdown Berakhir 15 Mei, Duterte Siap Dorong Perekonomian

Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan akan mempertimbangkan pelonggaran pembatasan yang diberlakukan guna menakan penyebaran Covid-19.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte./Reuters-Andrew Harnik
Presiden Filipina Rodrigo Duterte./Reuters-Andrew Harnik

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan akan mempertimbangkan pelonggaran pembatasan yang diberlakukan guna menakan penyebaran virus corona (Covid-19) segera setelah lockdown dicabut hingga 15 Mei.

"Sementara yang lain masih dalam lockdown, kami mungkin akan membuka sebagian perekonmian," kata Duterte dalam pidato yang disiarkan Senin malam (27/4/2020), tanpa memberikan rincian waktu.

Kebijakan lockdown, yang disebut Duterte membantu meredam dampak pandemi terhadap perekonomian, hanya akan dilonggarkan sebagian karena pengangkatan secara total justru akan menyebabkan lebih banyak infeksi.

Pemerintah berencana untuk mengizinkan sejumlah sektor seperti konstruksi dan dan sektor-sektor lain memulai aktivitas secara bertahap, sambil memastikan bahwa jarak aktivitas sosial tetap berlaku termasuk di jaringan kereta api ibukota.

Juru bicara kepresidenan Harry Roque pada hari Selasa (28/4/2020) mengatakan Duterte terbuka untuk akhirnya melonggarkan lockdown di ibukota dan daerah-daerah sekitarnya, tetapi tidak sebelum 15 Mei.

“Presiden merujuk pada pencabutan pembatasan di bagian pulau utama Luzon ketika ia berbicara tentang pencabutan sebagian lockdown,” Kata Roque dalam pesan telepon genggam.

“Ekonomi Filipina diperkirakan menyusut 0,2 persen tahun ini sebelum rebound dengan pertumbuhan 7,7 persen pada tahun 2021 karena langkah dukungan mendapatkan traksi," kata gubernur bank sentral Benjamin Diokno pada akhir pekan.

Pemerintah telah menyiapkan sekitar 1,2 triliun peso (US$23 miliar) sebagai paket stimulus untuk meredam dampak Covid-19, termasuk yang termasuk stimulus dari bank sentral dan pinjaman dari pemberi pinjaman dari mancanegara.

Filipina telah mengumpulkan US$2,35 miliar dari penjualan obligasi berdenominasi dolar AS dengan tenor 10 dan 25 tahun untuk membantu melindungi ekonomi dari pandemi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper