Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mindanao Diguncang Gempa Triplet, Indonesia Perlu Waspadai Potensi Gempa

Mindanao, Filipina, diguncang tiga gempa bumi kuat atau triplet. Kondisi itu menjadi bahan pelajaran bagi Indonesia untuk mewaspadai potensi gempa yang ada.
Bangunan kondominium mengalami kerusakan setelah gempa dengan magnitudo 6,5mengguncang Davao City, Mindanao, Filipinas, 31 October 2019./REUTERS-Lean Daval Jr
Bangunan kondominium mengalami kerusakan setelah gempa dengan magnitudo 6,5mengguncang Davao City, Mindanao, Filipinas, 31 October 2019./REUTERS-Lean Daval Jr

Bisnis.com, JAKARTA - Mindanao, Filipina, diguncang tiga gempa bumi kuat atau triplet. Kondisi itu menjadi bahan pelajaran bagi Indonesia untuk mewaspadai potensi gempa yang ada.  

Kamis 31 Oktober 2019 pukul 8.11.19 WIB, wilayah Mindanao Filipina Selatan kembali diguncang gempa bumi kuat.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebutkan hasil analisis BMKG menunjukkan gempa ini memiliki magnitudo M=6,5.

Episenter gempa terletak di darat pada koordinat 6,95 Lintang Utara dan 125.21 Bujur Timur.

"Tepatnya di darat pada jarak 46 kilometer arah barat daya Kota Davao, pada kedalaman 10 km," ujar Dwikorita dalam keterangan resminya, Kamis (31/10/2019).

Seperti gempa bumi Mindanao yang terjadi sebelumnya, gempa bumi kali ini diduga kuat dipicu aktivitas Sesar Cotabato. Adapun jalur sesar Cotabato melintasi Provinsi Cotabato dan Davao menuju arah barat laut-tenggara. Hasil analisis menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme sesar geser (strike-slip).

"Gempabumi yang terjadi pagi ini adalah gempa kuat yang ke-3 yang yang mengguncang Provinsi Cotabato dan Davao. Sebelumnya gempa kuat juga terjadi yang pertama pada 16 Oktober 2019 (M=6,4), selanjutnya disusul kembali gempa kuat pada 29 Oktober 2019 (M=6,6), dan hari ini Kamis 31 Oktober 2019 terjadi lagi M=6,5," tutur Dwikorita.

"Dengan terjadinya 3 gempabumi kuat ini, maka untuk saat ini kita dapat menyebut Gempa Mindanao sebagai aktivitas gempa “triplet”, yaitu 3 gempa kuat yang terjadi pada lokasi berdekatan dengan kekuatan yang hampir sama," jelas Dwikorita.

Fenomena gempa Mindanao Filipina ini mirip dengan peristiwa rentetan gempa bumi yang terjadi di Lombok pada bulan Juli dan Agustus 2018 lalu.

"Akan tetapi di Lombok kita menyebutnya sebagai aktivitas gempa “multiplet” karena gempa kuat yang terjadi cukup banyak dengan magnitudo yaitu 29 luli 2018 (M=6.4), 5 Agustus 2018 (M=7.0), 9 Agustus 2018 (M=5,8), 19 Agustus 2018 (M=6.2), dan 19 Agustus 2018 (M=6,9)," terang Dwikorita.

Rentetan gempa Mindanao sebelumnya dilaporkan sudah menimbulkan kerusakan lebih dari 1.200 bangunan rumah, 10 bangunan sekolah, dan 7 orang meninggal.

"Dengan kejadian gempa kuat yang terjadi tadi pagi diperkirakan akan dapat menambah lebih banyak lagi bangunan yang akan mengalami kerusakan, hal ini karena berdasarkan peta Shake Map menunjukkan wilayah terdampak gempa mencapai skala Intensitas VI-VII MMI yang artinya di wilayah tersebut berpotensi terjadi kerusakan," papar Dwikorita.

Dwikorita menambahkan, rentetan Gempa Mindanao dan beberapa aktivitas gempa yang destruktif di wilayah Indonesia akhir-akhir ini seperti Gempa Lombok Juli-Agustus 2019, Gempa Palu 28 September 2018, dan Gempa Ambon 26 September 2019, semua itu akibat sesar aktif.

Hal itu, ujarnya, memberi pelajaran kepada kita semua masyarakat Indonesia supaya menyadari pentingnya membangun bangunan tahan gempa.

Gempa, ujar Dwikorita, tidaklah membunuh tetapi bangunan tembok lemah struktur yang roboh saat terjadi gempa yang menyebabkan korban luka dan meninggal.

"Jika kita belum mampu membangun bangunan yang strukturnya kuat maka ada alternatif lain dengan membangun bangunan-bangunan rumah yang berbahan ringan seperti kayu dan bambu yang didisain menarik. Selain membangun bangunan yang tahan gempa bumi, masyarakat juga harus memahami cara-cara selamat saat menghadapi gempa bumi," ujar Dwikorita.

Wilayah Indonesia dan Filipina sama-sama merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks yang memiliki banyak sumber gempa bumi dengan tingkat aktivitas sangat tinggi.

Wilayah Indonesia memiliki lebih dari 13 segmentasi zona megathrust dan lebih dari 295 segmentasi sesar aktif. Hal itu memerlukan kesiagaan tinggi dan persiapan terhadap ancaman gempa bumi.

Disebutkan Dwikorita, sumber gempa sesar aktif menjadi potensi ancaman karena lokasinya yang berada di daratan, berdekatan dengan tempat kita tinggal. Sehingga kita sepatutnya memiliki sikap waspada terhadap jalur sesar aktif.

Terkait aktivitas gempa bumi di Indonesia selama Oktober 2019, BMKG menyampaian daftar zona potensi aktif gempa, yaitu:

  • Mentawai-Nias
  • Bengkulu
  • Selatan Jawa
  • Bali, Lombok, Sumba
  • Ambon-Seram
  • Laut Maluku
  • Mamberamo Papua

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Saeno
Editor : Saeno
Sumber : bmkg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper