Bisnis.com, JAKARTA - Pertemuan antara Prabowo Subianto yang bertamu ke rumah Megawati Soekarnoputri selain menarik perhatian banyak pihak juga menghadirkan keunikan.
Pertemuan Prabowo-Megawati menjadi penting terkait perkembangan politik masa kini, setelah pertemuan antara Prabowo dan Jokowi. Tak hanya soal meredakan ketegangan politik pascapemilu 2019, pertemuan Prabowo-Jokowi juga menjadi pertemuan dua kekuatan politik Tanah Air plus reuni mantan pasangan capres-cawapres 2009.
Uniknya, dalam pertemuan ini hadir tiga orang pemilik nama Prabowo. Mereka adalah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua DPP Partai Gerindra Edhy Prabowo, dan Putra Megawati yang bernama lengkap Muhammad Pranada Prabowo.
Bisa jadi, kehadiran tiga Prabowo itu bukan sesuatu yang direncanakan khusus. Namun, hal itu menjadi keunikan tersendiri.
Dikutip dari Wikipedia, Edhy Prabowo adalah pemegang gelar M.M dan MBA. Dia lahir di Muara Enim, Sumatra Selatan, 24 Desember 1972. Politikus Partai Gerakan Indonesia Raya ini menjabat Ketua Komisi IV DPR dan Ketua Fraksi Gerindra di MPR RI peridoe 2014 - 2019.
Edhy sebelumnya adalah atlet pencak silat nasional. Selain pernah berjaya di event Pekan Olahraga Nasional (PON), dia juga pernah mengikuti kejuaraan tingkat mancanegara. Jejak karier Edhy dimulai pada 1991 saat ia diterima menjadi anggota Akabri di Magelang, Jawa Tengah. Tapi, karier militer hanya bertahan dua tahun. Edhy dikeluarkan karena terkena sanksi dari kesatuan.
Baca Juga
Setelah itu ia merantau ke Jakarta dan diperkenalkan dengan Prabowo Subianto yang kala itu masih berpangkat Letkol dan menjabat Dangrup III TNI AD. Edhi diperkenalkan kepada Prabowo oleh seseorang bernama Pak Yul di salah satu acara pesta di bilangan Pantai Ancol.
Prabowo akhirnya menampung Edhy dan teman-temannya. Edhy dibiayai Prabowo mengenyam ilmu pendidikan Fakultas Ekonomi Universitas Moestopo. Edhy juga diminta belajar silat setiap akhir pekan di Batujajar, Bandung.
Edhy akhirnya menjadi orang kepercayaan Prabowo. Dia menjadi orang yang mendampingi jenderal bintang tiga tersebut saat berdomisili di Jerman dan Yordania. Kala itu, Prabowo tengah merintis usaha di negeri tersebut.
Setelah Prabowo mendirikan Partai Gerindra, Edhy memberanikan diri menjadi caleg di kampung halamannya yakni Dapil Sumatra Selatan II. Di tempat itu, Edhy harus bersaing dengan sejumlah politisi senior seperti Mustafa Kamal, Dodi Alex Nurdin, dan Nazarudin Kiemas. Edhy berhasil menjadi caleg kelima yang memperoleh suara terbanyak.
Suami dari Iis Rosita Dewi dan ayah dari Satrio Budi Wiroreno dan Raja Dimas Satrio ini masih aktif mengurus perguruan silat Satria Muda Indonesia dan beberapa bisnis lainnya.
Sementara, masih dikutip dari Wikipedia, Muhammad Prananda Prabowo atau biasa dipanggil Prana atau Nanan adalah putra Megawati. Pria kelahiran 23 April 1970 ini sebetulnya cukup lama dinantikan kehadirannya di pentas politik nasional. Selama ini, Prananda terkesan “diperam” agar lebih matang sebelum muncul terbuka di pentas politik Indonesia.
Prananda yang saat ini dipercaya menjadi Ketua Bidang Ekonomi Kreatif Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan periode 2015-2020, sebelumnya menjadi Kepala Ruang Pengendali dan Analisa Situasi di partai berlambang banteng dengan moncong putih tersebut. Saat itu Prananda bertugas membuat analisa dan usulan taktis untuk langkah politik PDIP Perjuangan dan tentu untuk ibunya, Megawati Soekarnoputri.
Cucu dari Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno, ini diam-diam memperlihatkan potensinya. Adik dari Mohamad Rizki Pratama dari pernikahan Megawati Soekarno Putri dengan suami pertamanya, Letnan Satu Penerbang Surindro Supjarso, ternyata berpotensi mengelola organisasi.
Pujian pernah dilontarkan Jokowi, sebelum terpilih sebagai Presiden RI. Menurut Jokowi, meski bukan tipe orang yang menonjolkan diri, cara Prananda melakukan organisasi kerja memang detil. Lebih dari itu, Prananda bisa dekat dengan siapa pun.
Lebih dari itu, Prananda dinilai sebagai salah satu trah Soekarno yang dianggap paling tepat menggantikan Megawati Soekarnoputri memimpin PDIP.
Prananda dikenal sebagai ideolog dan peminat teknologi komunikasi dan informasi. Ia pertama kali muncul saat Megawati mengajaknya dalam konferensi pers bersama sang adik, Puan Maharani, menjelang pembukaan Kongres III PDIP 2010 di Bali.
Prananda adalah konseptor beberapa pidato politik Megawati. Salah satu sentuhan pidatonya yang dianggap cukup bisa menggambarkan cara pandangnya terhadap dunia politik adalah ketika ia menyisipkan penggalan nasihat dari Kitab Bhagawad Gita, "karmanye vadhikaraste ma phaleshu kada chana" ("kerjakan seluruh kewajibanmu dengan sungguh-sungguh tanpa menghitung untung-rugi"). Pidato yang dibacakan pada Pembukaan Kongres III PDI Perjuangan tahun 2010 tersebut memang kemudian menjadi salah satu pidato Megawati yang paling banyak mendapatkan pujian dari berbagai pihak.