Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Korea Selatan Moon Jae-in memperingatkan para pimpinan perusahaan-perusahaan besar Korsel atas pertikaian yang berkepanjangan dengan Jepang seputar kontrol ekspor material yang dibutuhkan industri teknologi Negeri Ginseng.
Kepada sejumlah eksekutif perusahaan besar termasuk Samsung Electronics Co., SK Group, Hyundai Motor Co., dan Lotte Group, Moon berpendapat bahwa Jepang tengah menargetkan ekonomi Korsel untuk keuntungan politik.
“Pemerintahan kita sedang membentuk sistem respons yang menuntut Jepang untuk menarik langkah-langkah pembatasan ekspornya yang tidak adil secara mendesak,” ujar Moon di Seoul pada Rabu (10/7/2019), dilansir dari Bloomberg.
Pekan lalu, Jepang memberlakukan pembatasan pada produk-produk khusus yang diperlukan untuk membuat semikonduktor dan display komputer ke Korsel serta dapat menghapus Korsel dari daftar pembeli tepercaya.
Jepang menyatakan langkah ini diambil guna memastikan keamanan yang tepat.
Jepang juga mempertanyakan kepercayaannya terhadap Korea Selatan setelah pengadilan Korsel tahun lalu memutuskan bahwa perusahaan-perusahaan Jepang perlu membayar kompensasi kepada rakyat Korea yang diwajibkan bekerja di tambang dan pabrik selama pemerintahan kolonial Jepang 1910-1945 di Semenanjung Korea.
Baca Juga
Sementara itu, pemerintah Jepang menyatakan segala klaim telah diselesaikan oleh perjanjian 1965 dan bahwa keputusan pengadilan itu tidak sah.
Perselisihan kedua negara pun meluas hingga ke ranah ekonomi. Yang menjadi kekhawatiran saat ini adalah ketegangan antara dua mitra dagang dan sekutu Amerika Serikat tersebut bisa lepas kendali.
Pada Rabu Moon mengusulkan "dukungan aktif" dari pemerintah bagi perusahaan-perusahaan untuk mendiversifikasi importir dan memperluas produksi lokal.
Meski kontrol yang lebih ketat pada sejumlah bahan khusus tak berarti adalah larangan, para eksportir akan diharuskan untuk memperoleh lisensi terpisah setiap kali mereka ingin menjual bahan-bahan itu ke Korea Selatan. Hal ini sudah tentu akan menyebabkan keterlambatan.
Pembatasan tersebut dapat merugikan kinerja perusahaan-perusahaan Korea Selatan yang bergantung pada pemasok Jepang, seperti Samsung Electronics dan LG Display Co.
Jepang menguasai 90 persen pasar untuk chip yang digunakan dalam display smartphone. Jika perselisihan ini tidak segera diselesaikan, perusahaan-perusahaan Korsel harus mencari pasokan alternatif dari Taiwan dan China, sementara pabrikan Jepang perlu mengalihkan produksi mereka.