Bisnis.com, JAKARTA – Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin melihat kerusuhan 21—22 Mei 2019 sebagai reaksi salah satu pendukung atas penetapan hasil pemilu yang mereka anggap penuh kecurangan sungguh memprihatinkan. Ini karena banyak korban, bahkan sampai meninggal dunia
Din mengatakan bahwa semua bisa terjadi karena buah dari kekerasan yang mengenaskan. Padahal, umat Islam sedang berada di suci Ramadan.
“Seyogyanya semua pihak, baik rakyat maupun aparat dapat melakukan imsak atau pengendalian diri sebagai esensi ibadah ramadan,” kata Din melalui keterangannya, Rabu (29/5/2019).
Din yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menjelaskan bahwa nasi telah menjadi bubur. Kekerasan telah mencederai kesucian ramadan.
“Lebih parah lagi jika kekerasan fisik yang telah menimbulkan korban itu masih berlanjut pada kekerasan verbal dalam bentuk saling menyalahkan, bahkan dengan saling melempar tuduhan, dengan klaim akan kebenaran secara sepihak. Inilah awal dari malapetaka kebangsaan,” jelasnya.
Oleh karena itu, Din menuturkan bahwa negara harus hadir menegakkan keadilan dan kebenaran. Jangan sampai negara abai dan meluncur menjadi negara kekerasan dengan menampilkan kekerasan negara.
Baca Juga
Dengan demikian, mantan Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban ini menilai perlu adanya tabayun melalui Tim Pencarian Fakta. Kalau tidak, tragedi Ramadan 2019 ini akan menjadi lembaran hitam dalam kehidupan.
“Inilah saatnya keadilan dan kebenaran ditegakkan. Kalau tidak, Allah Yang Maha Adil akan menegakkannya kalau tidak di dunia maka pasti di akhirat nanti,” jelasnya.