Bisnis,com, JAKARTA - Perdana Menteri Theresa May hampir tidak mampu menyelesaikan pidato pengunduran dirinya, suaranya bergetar ketika dia menahan air mata saat menyampaikan apresiasinya terhadap negara yang sudah mempercayai dirinya untuk memimpin.
Melalui pidato tujuh menit, May mengatakan dia akan mengundurkan diri pada 7 Juni 2019, mengakui bahwa dia telah kehilangan dukungan Partai Konservatif setelah dirinya gagal mewujudkan Brexit pasca Referendum 2016.
"Saya akan segera melepaskan jabatan yang menjadi sebuah kehormatan dalam hidup saya," ujar May kepada wartawan di depan kediaman perdana menteri di Downing Street, London, seperti dikutip melalui Reuters, Jumat (24/5/2019).
Dalam upayanya untuk membentuk warisan kepemimpinan yang dapat dibanggakan, May menyebutkan beberapa hal yang berhasil dia capai selama kurang lebih tiga tahun menjabat sebagai perdana menteri, termasuk menangani isu SARA dan kesenjangan upah antar gender.
Di akhir pidatonya, May tampak tak kuasa membendung emosi.
May yang selalu tampil tenang, bahkan dijuluki sebagai 'Maybot' karena karakternya yang kaku, menitikkan air mata.
"[Saya] Perdana menteri wanita kedua, tapi tentu saja bukan yang terakhir. Saya melakukan pekerjaan ini tanpa niat buruk tetapi dengan rasa terima kasih yang luar biasa dan abadi, memiliki kesempatan untuk melayani negara yang saya cintai," tutur May.
May, yang dulunya mendukung keanggotaan Inggris di Uni Eropa, memenangkan tiket untuk menjabat sebagai perdana menteri pada pemilihan 2016. Menggantikan David Cameron, pencetus janji untuk menarik Inggris keluar dari Uni Eropa.
Pada janji kampanyenya, Theresa May berjanji akan memimpin proses Brexit sebagai fokus utama selama dia menjabat, namun janji tersebut tidak terpenuhi.
May harus menghadapi beberapa kali situasi kritis dan penghinaan atas upayanya untuk mencari titik kompromi pada kesepakatan Brexit yang dapat diratifikasi oleh parlemen.