Bisnis.com, Jakarta - Wikileaks menyebut Kedutaan Ekuador di London dikabarkan akan mendepak Julian Assange dalam hitungan jam atau hari, menggunakan kebocoran skandal korupsi sebagai dalih pengusiran.
Organisasi pembocor dokumen rahasia tersebut menulis di Twitter, Jumat (5/4/2019), mengklaim mendapatkan informasi ini dari sumber tingkat tinggi negara Amerika Latin itu.
BREAKING: A high level source within the Ecuadorian state has told @WikiLeaks that Julian Assange will be expelled within "hours to days" using the #INAPapers offshore scandal as a pretext--and that it already has an agreement with the UK for his arrest.https://t.co/adnJph79wq
— WikiLeaks (@wikileaks) April 4, 2019
Pemerintahan Lenín Moreno, yang telah lama kesal dengan keberadaan Assange di kedutaan besarnya di Inggris, akan menggunakan dalih kebocoran INA Papers sebagai alasan untuk mengusir Assange. Sehingga, pengusiran ini akan berujung pada penangkapan pria kelahiran 3 Juli 1971 itu oleh Polisi Metropolitan, menyusul perjanjian rahasia antara Ekuador dengan Inggris.
Berbeda dengan pernyataan Wikileaks, seorang pejabat senior Ekuador mengatakan tak ada keputusan yang dibuat untuk mengusir Assange.
Isu pengusiran ini muncul beberapa hari setelah Moreno berbicara kepada asosiasi penyiar radio Ekuador (AER) pada Selasa (2/4/2019), seperti dikutip dari Reuters.
Presiden Ekuador mengatakan pria kewarganegaraan Australia itu tak memiliki hak untuk meretas sejumlah akun maupun telepon pribadi dan tak boleh campur tangan dalam politik negara lain, terutama yang memiliki hubungan persahabatan dengan Ekuador.
"Tuan Assange terlalu sering melanggar perjanjian yang telah kami sepakati dengannya dan penasihat hukumnya," terang Moreno dalam wawancara tersebut. "Bukannya dia tak bisa berbicara dan mengekspresikan dirinya dengan bebas, tetapi dia tak boleh berbohong, atau bahkan meretas sejumlah akun maupun telepon."
Respon ini diberikan Moreno setelah foto-foto pribadi dan keluarganya pada beberapa tahun lalu ketika tinggal di Jenewa, Swiss, beredar di media sosial. Meski tak secara eksplisit menyalahkan Assange atas kebocoran tersebut, otoritas di Quito yakin yang bermain di belakang adalah Wikileaks.
Wikileaks menyangkal tuduhan tersebut dan menyebut pernyataan Moreno merupakan aksi balasan atas mencuatnya nama sang presiden dalam skandal korupsi. "Jika Presiden Moreno ingin secara ilegal menghentikan suaka [Assange] untuk menutupi skandal korupsi [INA Papers], jalannya sejarah tak akan baik," terang organisasi tersebut.
Skandal INA Papers
INA Papers muncul pertama kali saat anggota parlemen Ekuador, Ronny Aleaga mengaku kepada wartawan menerima dokumen secara anonim berisi keterlibatan Moreno bersama keluarganya dalam tuduhan korupsi, sumpah palsu, dan pencucian uang, seperti dilaporkan TeleSUR.
Wikileaks mengaku tak bertanggung jawab atas INA Papers karena hanya menyampaikan kebocoran dokumen tersebut setelah dibuat oleh sumber lain.
Bocoran tersebut menguak hubungan Moreno dan perusahaan China, Sinohydro yang membangun bendungan pembangkit listrik tenaga air Coca Codo Sinclair di Ekuador, yang menurut Aleaga menyetor uang senilai US$18 juta ke perusahaan offshore Recorsa.
Recorsa punya kaitan dengan pengusaha Ekuador, Conto Patiño Martinez yang mentransfer uang ke lebih dari 10 perusahaan bayangan di Panama, termasu INA Investments Corp yang pemilik sebenarnya adalah Edwin Moreno Garces, saudara sang Presiden Ekuador.
Nama INA Investment dipilih sebagai penghormatan terhadap 3 anak perempuan Moreno, Irina, Cristina, dan Karina, yang didirikan atas nama Moreno Garces pada 2012 di Belize.
Dihadapkan pada bocoran tersebut, Edwin Moreno mengklaim telah meninggalkan perusahaan tersebut pada 2013. Namun sebuah laporan investigasi surat kabar lokal, La Fuente mendapatkan temuan pada Maret 2015 bahwa saudara sang presiden meminta agar namanya dicabut dari dokumen perusahaan dan diganti dengan Maria Patiño Herdoiza.
Aleaga menuduh bahwa pemilik sebenarnya perusahaan tersebut adalah keluarga Moreno, sementara pemilik resminya hanyalah boneka sebagai upaya untuk menyembunyikan hubungan Presiden Ekuador dengan Recorsa.
Namun Sekretaris Komunikasi Kepresidenan Ekuador, Andrés Michelena membantah tuduhan tersebut. Berbicara kepada CNN Español pada 28 Maret 2019, ia menjelaskan bahwa INA Papers merupakan narasi yang dimainkan Assange bersama Presiden Venezuela Maduro dan mantan Presiden Ekuador Rafael Correa.
Pada hari yang sama, majelis nasional, mayoritas berisi partai pendukung Moreno dan sejumlah partai kanan, mengeluarkan resolusi. Isinya mengundang Kementerian Luar Negeri untuk mengambil tindakan terhadap status suaka Assange terkait skandal INA Papers demi kepentingan nasional, jika dianggap relevan untuk melakukannya.
La Asamblea Nacional se solidarizó con el presidente de la República, @Lenin y su familia por las publicaciones en redes sociales. Los parlamentarios de todas las bancadas expresaron su solidaridad en un debate que rechazó las prácticas de acecho y ataque #LaFamiliaNoSeToca pic.twitter.com/UYKUR2uExP
— Asamblea Nacional (@AsambleaEcuador) March 29, 2019
Dinamika Hubungan Assange dan Ekuador
Adapun, Assange berlindung di kedutaan Ekuador sejak 2012 untuk menghindari upaya ekstradisi ke Swedia terkait penyelidikan kasus kekerasan seksual.
Meski pada 2017 penyelidikan tersebut akhirnya dibatalkan, muncul kekhawatiran lain bahwa Assange dapat diekstradisi untuk menghadapi dakwaan Undang-Undang Spionase di Amerika Serikat (AS) terkait penyelidikan tentang Wikileaks.
Ekuador menetapkan aturan baru pada 2018 untuk perilaku Assange saat berada di kedutaan, mengharuskannya membayar tagihan medis dan mengurus kebersihan menyangkut kucing peliharaannya.
Aturan ini kemudian digugat di pengadilan lokal dan internasional, dengan alasan otoritas Ekuador telah melanggar HAM Assange. Namun pengadilan mementalkan gugatan tersebut.
Komisi Hak Asasi Manusia Antar-Amerika (IACHR) menolak permintaan Assange agar Ekuador meringankan kondisi yang diberlakukan kepadanya di dalam kedutaan.
Assange menuduh Ekuador berusaha untuk mengakhiri suaka dan menekan dengan cara mengisolasi dirinya dari pengunjung hingga memata-matainya. Namun pihak Ekuador mengatakan perlakuan terhadap pendiri Wikileaks tersebut sudah sejalan dengan ketentuan hukum internasional.