Bisnis.com, JAKARTA - Media Prancis dan organisasi wartawan mengecam serangan yang dilakukan pengunjuk rasa anti-pemerintah "rompi kuning" terhadap wartawan. Mereka juga menyerukan perlindungan yang lebih baik bagi wartawan menyusul serangkaian insiden pada akhir pekan ini.
Aksi protes kelompok rompi kuning yang memasuki pekan ke-9 diwarnai oleh tembakan meriam air dan gas air mata oleh kepolisian untuk mendesak para demonstran di sekitar monumen Arc de Triomphe pada Sabtu (12/1/2019).
Dilansir Reuters, sejumlah wartawan yang meliput aksi nasional itu dilaporkan menjadi target serangan para demonstran.
Di kota Rouen, wartawan televisi LCI diserang oleh sekelompok pemrotes. Melalui video yang beredar luas di media sosial, salah satu agen keamanan yang bekerja dengan kru televisi tampak dipukuli hingga tersungkur ke tanah tanah dan hidungnya patah.
Sementara itu di ibu kota Paris, seorang reporter LCI menjadi target perebutan kamera yang dilakukan para demonstran. Stasiun televisi tersebut mengutarakan mereka akan menempuh jalur hukum untuk menindaklanjuti aksi itu.
Beberapa stasiun lain, termasuk BFM TV dan franceinfo, pada hari Minggu (13/1/2019) memperlihatkan gambar-gambar wartawan mereka yag diganggu atau didorong selama berlangsungnya aksi protes "rompi kuning" hari Sabtu.
Rangkaian aksi penyerangan ini menuai respons dari Sekretaris Jenderal Reporters without Borders Christophe Deloire yang meminta pihak berwenang untuk mengambil tindakan.
"Ini adalah kampanye gelap anti-demokrasi yang dilakukan oleh orang-orang yang mengira mereka bisa memukuli wartawan jika pemberitaan tidak sesuai keinginan mereka," ujarnya di radio France Info, Minggu (13/1/2019).
Hal senada juga datang dari Menteri Dalam Negeri Prancis Christophe Castaner. Ia mengatakan melalui Twitter-nya bahwa siapa pun yang menyerang wartawan akan diadili.
"Dalam demokrasi yang kita anut, di mana ada kebebasan pers, menyerang jurnalis berarti menyerang hak menyebarluaskan informasi," tulisnya.
Prancis telah diguncang oleh aksi protes rompi kuning terhadap Presiden Macron sejak pertengahan November lalu. Aksi ini mulanya merupakan gerakan protes terhadap harga bahan bakar yang tinggi. Seiring berjalannya waktu, rompi kuning bertransformasi menjadi perjuangan untuk keadilan sosial dan demokrasi yang lebih langsung. Massa yang banyak dan aksi vandalisme pun tak urung membuat kepolisian turun tangan dan terlibat bentrok dengan para demonstran.
Sementara itu, Presiden Emmanuel Macron yang menjadi target protes rencananya akan menggelar dialog nasional selama seminggu ke depan untuk mewadahi keluhan. Langkah ini diharapkan dapat meredakan aksi rompi kuning yang secara konstan melemahkan otoritas dan menolak dorongan reformasinya.