Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia menghadapi masalah gizi anak sekolah yang memerlukan perhatian banyak pihak untuk mengatasinya.
Hal itu terungkap dari hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 tercatat bahwa prevalensi kurus pada anak usia 5-13 tahun adalah sebesar 11,2% yang terdiri atas 4% sangat kurus dan 7,2% kurus.
Di sisi lain, permasalahan kegemukan pada anak usia 5-12 tahun mencapai 18,8% yang terdiri atas 10,8% gemuk dan 8,8% obesitas.
"Anak sekolah memerlukan energi yang besar untuk masa pertumbuhan dan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, mereka memerlukan asupan nutrisi yang tepat untuk membantu masa pertumbuhan serta memaksimalkan proses pembelajaran," tutur Khrisma Fitriasari, Head of Corporate and Government Affairs Mondelez Indonesia.
Khrisma mengemukakan hal itu saat ditemui pada acara diskusi media di SDN Bangka 03, Kemang Timur, Jakarta Selatan, pada Jumat (14/9/2018). Mondelez International merupakan perusahaan multinasional yang bergerak dalam bidang industri makanan dan berpusat di Chicago, Amerika Serikat.
Khrisma mengemukakan bahwa melihat kondisi status gizi anak Indonesia sedemikian, Mondelez International pun membuat Joy Schools, program yang berkomitmen memberdayakan anak sekolah guna mengambil langkah-langkah positif untuk menjaga kesejahteraan mereka.
"Dalam 2 tahun berjalan, Joy Schools telah sukses meningkatkan pemahaman para siswa SDN Bangka 03 Jakarta terhadap pentingnya sarapan. Pemahaman mereka tentang manfaat sarapan naik 21% dibandingkan dengan tahun lalu," tutur Khrisma.
Ada tiga fokus utama kegiatan Joy Schools. Pertama, edukasi nutrisi. Dalam hal ini Joy Schools mengajarkan kebiasaan sarapan pagi dengan memberikan makanan tambahan bergizi tiga kali dalam sepekan.
"Untuk kegiatan memberikan makanan tambahan ini, kami melibatkan komite sekolah. Jadi, para orang tua murid terlibat memasak untuk anak-anak mereka," kata Khrisma.
Kedua, akses pada makanan sehat dengan cara mengajak para siswa untuk berkebun dan menanam tanaman segar di halaman sekolah sehingga para siswa bisa mendapatkan manfaat dari berkebun.
Ketiga, adalah aktivitas fisik yang mempromosikan beragam permainan kreatif melalui berbagai kreasi atau donasi alat-alat olahraga.
Abdul Rofiq, Kepala SDN Bangka 03 Pagi, Kemang Timur, menuturkan bahwa sejak adanya kegiatan Joy Schools, anak didiknya semakin sadar akan pentingnya asupan nutrisi.
"Mereka sekarang lebih paham nutrisi dan sarapan, karena biasanya anak-anak itu kan malas sarapan. Ketika upacara, dulunya banyak yang terlihat lemas, sekarang tidak. Jadi, program ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman disiplin untuk sarapan, dan kesehatan," tutur Abdul Rofiq.
Lukman, Kepala Satuan Pelaksanaan Pendidikan Kecamatan Mampang Prapatan, juga mengapresiasi program Joy Schools karena memberikan dampak yang positif bagi kegiatan anak-anak sekolah di SDN Bangka 03 dan SDN Bangka 07.
"Pemberian makanan tambahan tentu meningkatkan nutrisi kepada anak-anak kita yang pada akhirnya menambah potensi kesehatan anak-anak sehingga anak-anak dapat semangat dan riang," tutur Lukman.
Zahra, siswi SDN Bangka 03 mengaku senang kegiatan Joy Schools diadakan di sekolahnya. Dia mengaku jadi bisa memiliki banyak waktu bermain dan belajar dengan menyenangkan saat program Joy Schools berlangsung.
"Senang, tadi cerdas cermat di kelas, aku dan kelompokku kalah sih, cuma senang, seru," tuturnya.
Program Joy Schools bekerja sama dengan Yayasan Emmanuel dan berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Kesehatan tingkat Provinsi DKI Jakarta.
Program berkelanjutan ini telah bermitra dengan lima sekolah di tiga lokasi, yaitu Jakarta (SDN Bangka 03, SDN Bangka 07, dan SDN Pancoran 08), Cimahi, Jawa Barat (SDN Cigugur Tengah), dan Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jabar (SDN Wangun Harja 02) dengan melibatkan 247 karyawan sebagai relawan.
Selain di Indonesia, Joy Schools diimplementasikan di Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Program ini memberikan dampak positif kepada 11.500 siswa lima negara di Asia Tenggara tersebut.