Bisnis.com, TARAKAN – Empat negara peserta kerja sama BIMP-EAGA, yakni Brunai Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Filipina mengikat komitmen untuk meningkatkan kolaborasi dalam delapan sektor.
Kedelapan sektor tersebut adalah pariwisata, perdagangan dan investasi, transportasi, ketenagalistrikan, ICT, pertanian, lingkungan serta kebudayaan dan pendidikan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan BIMP EAGA merupakan kerja sama subregional di wilayah Asia Tenggara yang mempunyai peran penting bagi pondasi pembangunan kerjasama regional.
Baca Juga
“Kehadiran BIMP EAGA menyumbang kontribusi dalam mendukung pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN [MEA] dan kerjasama ASEAN pada umumnya,” ujar Darmin pada pertemuan puncak tingkat menteri BIMP EAGA ke-21, di Tarakan, Minggu (3/12/2017).
Pada acara tersebut, nampak hadir Wakil Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Brunei Darussalam Datuk Erywan Yusof, dan Wakil Menteri Kantor Jabatan Perdana Menteri Malaysia Dato’ Sri Devamany, serta Menteri Pembangunan Mindanao Filipina Datu Abul Khayr Dangcal Alonto.
Adapun, Wakil Gubernur Kalimantan Utara Udin Hianggio hadir sebagai perwakilan dari pemerintah provinsi Kalimantan Utara.
Selama periode 2015, investasi yang masuk ke negara BIMP EAGA mencapai USD34 miliar. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar USD28 miliar.
Sektor pariwisata juga menunjukkan tren pertumbuhan yang positif. Pada periode 2010 hingga 2016, terjadi pertumbuhan 6,9% jumlah pelancong yang datang, atau sekitar 83 juta wisatawan. Dari angka tersebut 4,5 juta diantaranya merupakan wisatawan mancanegara.
Konektivitas antar wilayah, lanjut Darmin, menjadi faktor utama dalam mendukung kegiatan ekonomi. Untuk mendukung hal tersebut, telah disepakati berbagai Proyek Infrastruktur Prioritas atau Priority Infrastructure Projects (PIPs) di kawasan BIMP EAGA dengan nilai mencapai USD21,4 miliar. Jumlah tersebut disalurkan pada proyek bandar udara, pelabuhan, jalan raya, jembatan, dan kereta api.
“Proyek konektivitas yang menjadi prioritas bagi Indonesia antara lain pembangunan Tol Manado-Bitung, Samarinda-Balikpapan, pembangunan fasilitas perbatasan di Kalimantan Barat, Kawasan Ekonomi Khusus Bitung, Pelabuhan Bitung dan Pelabuhan Makassar,” terang Darmin.
Pelaksanaan puncak Pertemuan Tingkat Menteri BIMP EAGA ke-21 tersebut juga sebagai ajang untuk menindaklanjuti arahan dari kepala negara/kepala pemerintahan dari masing-masing negara.Arahan tersebut mencuat pada pertemuan BIMP EAGA Summit ke-12, yang salah salah rekomendasinya adalah mekanisme implementasi BIMP EAGA Vision (BEV) 2025.
BEV 2025, mengangkat visi Resilient, Inclusive, Sustainable and Economically Competitive (RISE).
Guna peningkatan perekonomian untuk lebih taerarah, maka telah dibentuk dua koridor ekonomi yaitu West Borneo Economic Corridor dan Greater Sulu Sulawesi Economic Corridor dengan menggunakan pendekatan kewilayahan dan fokus pada sektor prioritas.
“Target yang ingin dicapai adalah peningkatan nilai perdagangan, investasi, industri, pariwisata dan UMKM untuk memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat,” tambahnya.
Kemudian, pertemuan tersebut juga membahas perkembangan inisiatif green city yang fokus untuk mewujudkan wilayah perkotaan yang layak huni, ramah lingkungan dan kompetitif secara ekonomi.
Sejauh ini, kota Kendari, ,merupakan kota pertama di Tanah Air yang telah menyelesaikan tahap pertama dengan menyusu nGreen Cities Action Plan (GCAP).
Sementara masing-masing negara telah menunjuk dua kota baru yang berkomitmen untuk ikut serta pada inisiatif tersebut, yakni Bandar Seri Begawan (Brunei Darussalam), Pontianak dan Tomohon (Indonesia), Kota Kinabalu dan Kuching (Malaysia), Davao dan General Santos (Filipina).