Kabar24.com, SAMARINDA – Pria diduga pelaku bom gereja Oikumene Jl. Cipto Mangkunkusumo Sengkotek Samarinda, Kalimantan Timur, Johanda alias Jo Bin Muhammad Aceng sehari-hari berjualan ikan di depan Masjid Al Muhajirin, lokasinya tak jauh dari tempat kejadian ledakan.
“Sudah bertahun-tahun Johanda tinggal di sini (Sengkotek). Ceritanya dia sudah tobat dan terus diincar warga dengan memperhatikan gerak-geriknya. Nggak tahu kita ini, kecolongan (terjadi ledakan), padahal dia baik saja jualan ikan,” kata Sandi Santoso, Ketua RT 3 Sengkotek Minggu (13/11/2016).
Ledakan gereja Oikumene melukai 4 anak-anak yaitu Intan Olivia, Alvaro Aurelius (4), Triniti Hutahaya (3) dan Anita Kristobel Shiotang (2). Sebagian besar alami luka bakar sekujur tubuh. Para korban kini di rawat di Rumah Sakit AW SJahranie.
Dikatakan Sandi, Johanda kerap tertutup dalam kegiatan beribadah di masjid Muhajirin. Warga pun akhirnya perlahan-lahan tersingkir untuk beribadah di masjid tersebut. Cukup banyak jemaah di masjid yang menjadi tempat kumpul Johanda.
“Masjidnya tertutup, kita saja tidak masuk. Dulu, masjid ini punya masyarakat. Kemudian, masjid ini punya Muhammadiyah. Habis dikuasai mereka itu, Muhammadiyah tersisih. Kami tidak dilarang masuk masjid, tetapi secara halus diusir. Kita saja habis salat di masjid itu, disapu bekas tempat kita salat, dipel,” kata Sandi.
Sementara itu, Pendeta Gereja Pantekosta Indonesia Samion Praniangin mengatakan gereja Oikumene merupakan tempat beribadah masyarakat sekitar dan ada pula dari luar daerah seperti Loa Duri Kutai Kartanegara dan Loa Janan. Hubungan jemaat gereja sangat baik dengan masyarakat sekitar gereja Oikumene.
“Saya nggak begitu paham maksudnya (yang meledakan bom di gereja). Sangat disesalkan, orang yang pintar menggunakan kepintaran untuk yang tidak baik. Selama ini aman saja di gereja Loa Janan Ilir,” kata Samion.