Kabar24.com, JAKARTA - Calon Presiden AS dari Partai Demokrat, Hillary Clinton menuduh Donald Trump menjadi pemicu tindakan radikal di kalangan rakyat Amerika karena orasinya yang bersifat rasis.
Hal ini disampaikan Clinton di tengah usaha Trump untuk memperbaiki citranya dihadapan kaum minoritas.
Clinton perlu mempertahankan dukungan dari kaum kulit hitam dan latin guna memenangkan pemilu pada 8 November nanti. Trump, yang mayoritas pendukungnya adalah warga kulit putih, sepertinya tidak akan bisa menang kecuali jika dia bisa memenangkan dukungan dari kalangan warga kulit hitam dan latin.
“Kampanye Donald Trump dipenuhi prasangka dan paranoia,” kata Clinton dalam sebuah pidato di Nevada, seperti diberitakan Reuters, Jumat (26/8/2016).
Dia juga menekankan ini adalah waktunya bagi para anggota Partai Republik yang kecewa karena Partai tersebut telah berubah dari Partai Lincoln menjadi Partai Trump untuk membuat perhitungan.
Abraham Lincoln merupakan presiden Amerika pertama dari Partai Republik yang menyuarakan emansipasi dan memenangkan Amendemen Ke-13 Konstitusi AS dalam Perang Sipil yang kemudian mengarah pada penghapusan perbudakan pada 1865.
Trump yang kalah dari Clinton dalam pooling nasional mendapat hasil survey yang kurang baik dari kalangan minoritas dan kerap dikritik karena usulannya terkait imigrasi.
Itu juga termasuk deportasi bagi jutaan warga asing tanpa dokumen keimigrasian, pembangunan dinding pembatas di perbatasan dengan Meksiko, juga ide untuk tidak mengizinkan masuknya kaum Muslim ke negaranya dengan alasan keamanan nasional.
Dia juga menggambarkan imigran asal Meksiko sebagai kriminal dan pemerkosa dalam pidatonya pada 2015.
Sebelumnya, Trump mengkritik bahwa Clinton dan partainya menyebut mereka telah gagal merangkul kaum kulit hitam karena kegagalan politik ekonomi serta selalu menuduh Partai Republik fanatik.
“Ketika kebijakan Partai Demokrat gagal, mereka hanya memiliki satu argumen yang selalu sama dan berulang yakni "Anda rasis, anda rasis, anda rasis." Ini adalah argumen yang menjijikkan dan sangat terprediksi,” kata Trump.
Dalam sebuah kampanye pada Rabu (24/8/2016) Trump menyebut Clinton seorang fanatik yang hanya memandang orang dengan ras berbeda sebagai target perolehan suara dan bukan sebagai manusia.