Kabar24.com, JOHANNESBURG— Sebuah laporan mengungkapkan bahwa populasi sub-spesies gorila terbesar di dunia menurun drastis sebesar 77% dalam dua dekade terakhir. Penurunan ini berkaitan dengan kegiatan tambang coltan ilegal.
Gorila Grauer, primata terbesar di dunia yang bisa tumbuh hingga mencapai berat 180 kilogram ditemukan di wilayah timur Republik Demokratik Kongo yang merupakan daerah jarahan selama berpuluh-puluh tahun.
Sebuah laporan yang diliris Wildlife Conservation Society (WCS) bersama Fauna & Flora International minggu ini menemukan bahwa jumlah populasi Gorila tersebut telah terjun drastis menjadi 3.800 ekor dari perkiraan sebelumnya di tahun 1995 sebanyak 17,000 ekor.
“Salah satu faktor utama penurunan polukasi Gorila Grauer adalah ekspansi pertambangan tradisional coltan dan mineral lainnya. Kebanyakan wilayah pertambangan trandisional ini merupakan daerah terpencil yang artinya kebanyakan penambang sering menjadikan hewan liar di tempat itu sebagai makanan,” ujar oraganisasi tersebut dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Reuters, Rabu (6/4/2016).
Pertambangan tradisional sering kali melibatkan ekstraksi mineral ilegal menggunakan tangan atau metode seadanya.
“Kendati dilindungi oleh hukum, gorila memiliki harga yang tinggi sebagai sumber daging hewan liar karena ukurannya yang besar. Hewan ini juga mudah dilacak karena selalu bergerak berkelompok di habitatnya yang kecil,” ujar kelompok tersebut dalam pernyataan itu.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa saat ini Kahuzi-Biega National Park yang berlokasi di dekat perbatasan Ruwanda, Punia Gorilla Reserve dan Hutan Usala merupakan tiga daerah kunci perlindungan Gorila.
Eastimasi populasi hewan ini berdasarkan survey lapangan luasan sarang dan kumpulan tanda-tanda lainnya.