Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Korupsi Kondensat: Pekan Depan Bareskrim Panggil Tersangka RP

Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Brigjen Pol. Victor Edi Simanjuntak, menyatakan penyidik akan memeriksa tersangka berinisial RP terkait kasus dugaan korupsi dalam dugaan kasus korupsi dan pencucian uang penjualan kondensat SKK Migas dan PT TPPI.
Petugas penyidik dari Bareskrim Polri melakukan penggeledahan di kantor SKK Migas
Petugas penyidik dari Bareskrim Polri melakukan penggeledahan di kantor SKK Migas

Kabar24.com, JAKARTA -- Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Brigjen  Pol. Victor Edi Simanjuntak, menyatakan penyidik akan memeriksa tersangka berinisial RP terkait kasus dugaan korupsi dalam dugaan kasus korupsi dan pencucian uang penjualan kondensat SKK Migas dan PT TPPI.

Menurut Victor, pada pekan depan RP akan dimintai keterangan oleh penyidik, namun kapasitasnya sebagai saksi bukan tersangka. "Akan memeriksa RP sebagai saksi," katanya di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat (8/5/2015).

Terkait kapan waktu pemeriksaan tersangka kasus dugaan korupsi kondensat ini, Viktor menyatakan masih fokus memeriksa para saksi, sehingga belum ada jadwal pemeriksaan tersangka. "Semuanya saksi, tidak ada pemeriksaan tersangka," katanya.  

Berdasarkan hasil penyidikan, Bareskrim sudah menetapkan tiga tersangka dalam kasus dugaan korupsi kondensat. Di antara ketiga tersebut masing-masing berinisial HW, RP, dan DH.

Pekan depan, penyidik Bareskrim dijadwalkan akan memeriksa sebanyak 14 saksi dalam kasus dugaan korupsi dan pencucian uang ini.  Para saksi tersebut berasal dari Kementerian Keuangan, SKK Migas, PT TPPI, dan saksi ahli.

"Ada sembilan saksi pada Senin [11/5], tiga dri SKK dan enam dari TPPI," kata Viktor.

Kemudian di hari berikutnya, Selasa (12/5), penyidik Bareskrim juga akan meminta keterangan tiga saksi ahli dan dua saksi dari Kemenkeu. Namun Viktor tidak menyebut nama-nama sejumlah saksi tersebut.

Kepolisian mencatat kasus korupsi penjualan kondensat terjadi pada kurun waktu 2009 hingga 2010. Akibat korupsi tersebut, negara ditaksir mengalami kerugin sekitar US156 setara Rp2 triliun. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper