Bisnis.com, NEW YORK - Dewan Keamanan (DK) PBB, Jumat (4/10/2013), dengan keras mengutuk serangan terhadap Kedutaan Besar Rusia di Libya, dan menekankan para pelakunya harus diseret ke pengadilan.
"Anggota Dewan Keamanan mengutuk sekeras-kerasnya serangan terhadap Kedutaan Besar Rusia di Tripoli, Libya, pada 2 Oktober, sehingga terjadi penerobosan ke dalam kompleks diplomatik tersebut, dan kerusakan serius," kata satu siaran pers yang dikeluarkan di Markas PBB, New York, oleh Dewan 15-anggota itu.
Dalam pernyataan tersebut, anggota Dewan menyampaikan keprihatinan mereka yang mendalam mengenai serangan itu dan menggaris-bawahi perlunya menyeret para pelaku ke pengadilan.
"Anggota Dewan Keamanan kembali menegaskan tindakan semacam itu tak bisa dibenarkan tak peduli apa pun alasannya, di mana pun terjadinya dan siapa pun pelakunya," kata pernyataan tersebut.
Dewan Keamanan juga menyeru Pemerintah Libya agar melindungi personel, harta konsulat dan diplomatik, serta menghormati kewajiban internasional mereka mengenai itu.
"Anggota Dewan Keamanan mengingatkan tentang prinsip dasar tak boleh dilanggarnya kompleks konsulat dan diplomatik, dan kewajikan pemerintah tuan rumah untuk melakukan semua tindakan yang sesuai guna melindungi komplek konsulat dan diplomatik terhadap setian penyusupan atau kerusakan.
Semua itu termaktub di dalam Konvensi Wina 1961 mengenai Hubungan Diplomatik dan Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler.
Pemerintah tuan rumah juga harus mencegah setiap gangguan atas kedamaian misi ini atau pengrusakan terhadap kedaulatannya, dan mencegah setiap serangan terhadap kompleks diplomatik, petugas dan kantor konsulat," kata pernyataan tersebut.
Sebanyak 51 diplomat Rusia telah diungsikan dari Ibu Kota Libya, setelah massa yang bersenjata menyerang Kedutaan Besar Rusia di Tripoli pada Rabu. Mereka menuntut penyerahan seorang perempuan Rusia yang diduga telah membunuh seorang perwira militer Libya.
Beberapa pria tak dikenal yang bersenjata menembak kompleks kedutaan itu dan berusaha menerobos wilayahnya, tapi tak seorang staf diplomat pun dilaporkan cedera.