Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sejarah Sungai Efrat dan Cara Pelestariannya di Era Modern

Sungai Efrat, pusat peradaban kuno Mesopotamia, kini terancam oleh pembangunan bendungan dan perubahan iklim.
Kondisi Sungai Efrat yang mulai mengering
Kondisi Sungai Efrat yang mulai mengering

Bisnis.com, JAKARTA - Sungai Efrat adalah salah satu sungai terpanjang dan paling bersejarah di Timur Tengah, memiliki panjang sekitar 2.800 km dan menjadi pusat peradaban manusia sejak ribuan tahun lalu.

Berawal dari pegunungan di Turki, Sungai Efrat mengalir melalui Suriah dan Irak sebelum berakhir di Teluk Persia. Sungai ini merupakan bagian utama dari sistem sungai Tigris-Efrat yang dikenal sebagai tempat lahirnya peradaban kuno Mesopotamia, sebagai pusat perkembangan budaya dan teknologi di dunia awal.

Nama Sungai Efrat memiliki sejarah panjang dan kaya makna. Dalam bahasa Yunani kuno, nama ini artinya adalah baik dan nyatakan, tetapi asal-usulnya berasal dari bahasa Persia Lama, Ufratu.

Sejarah Sungai Efrat juga terkait dengan bahasa-bahasa kuno seperti Sumer, Akkad, dan Elam, yang menandai keberadaan sungai ini sebagai jalur perdagangan penting selama berabad-abad. Dalam peradaban awal, Sungai Efrat juga dikenal sebagai jalur pengangkutan utama bahan mentah seperti tembaga dan sumber air utama bagi masyarakat di sekitarnya.

Sungai Efrat memiliki peran vital dalam sejarah dunia sebagai pusat perkembangan peradaban pertama. Nama dan kisahnya tercatat dalam naskah kuno dari kota-kota seperti Nipur dan Surupak yang menunjukkan hubungan erat antara sungai dan kepercayaan serta kehidupan ekonomi masyarakat zaman dulu.

Tidak hanya sebagai sumber air dan transportasi, Sungai Efrat juga menjadi simbol kekuatan dan kedamaian yang menghubungkan berbagai bangsa di Timur Tengah.

Dilansir dari Al Wakeel News, Sabtu (9/8/2025), kondisi Sungai Efrat saat ini semakin memburuk akibat berbagai tantangan modern. Pembangunan bendungan dan pengambilan air berlebihan di hulu, terutama oleh Turki, menyebabkan menipisnya debit air di hilir dan mengancam keberlangsungan sumber daya air bagi jutaan manusia di Irak dan Suriah.

Perjanjian internasional seperti yang tertuang dalam Perjanjian Lausanne 1923 dan kesepakatan 1946 berusaha mengatur pengelolaan sumber daya ini secara adil, tetapi konflik dan ketimpangan dalam pengelolaan tetap menjadi hambatan utama.

Belum lagi, pengaruh perubahan iklim dan degradasi lingkungan semakin memperparah keadaan. Banyak sungai dan waduk di kawasan ini mengalami kekeringan dan pencemaran yang serius, mengancam keberlangsungan kehidupan masyarakat di sekitar Sungai Efrat.

Sungai Efrat perlu dijaga, agar pengelolaan air dan warisan sejarah ini tetap lestari di masa depan. Sebab, sungai Efrat bukan hanya simbol sejarah dan budaya, tetapi juga merupakan kunci keberlangsungan kehidupan di kawasan Timur Tengah.

Sungai ini juga menjadi tanda kerja sama lintas negara, inovasi teknologi pengelolaan air, serta kesadaran akan pentingnya konservasi lingkungan harus menjadi prioritas utama. Melestarikan Sungai Efrat berarti menjaga warisan sejarah, memastikan ketahanan pangan dan air, dan mewujudkan perdamaian di tengah konflik yang terus berlanjut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro