Paus Leo memiliki padangan yang sama dengan Paus Fransiskus, mengenai peran perempuan di dalam gereja.
Selama masa kepausannya, Fransiskus membuka lebih banyak peran kepemimpinan bagi perempuan daripada yang dilakukan oleh Paus sebelumnya dan membentuk komisi untuk mempelajari kemungkinan perempuan menjadi diaken.
Mengutip The Washington Post, Fransiskus juga berulang kali meminta Kardinal Prevost, termasuk meminta dia mengawasi reformasi revolusioner yang menambahkan tiga perempuan ke blok pemungutan suara yang memutuskan nominasi uskup mana yang akan diajukan kepada Paus.
Namun Fransiskus mempertahankan batasan yang jelas, di mana ia berulang kali menegaskan ajaran gereja yang melarang penahbisan perempuan sebagai pendeta.
Leo telah menyatakan batasan serupa tentang tata kelola perempuan di Gereja Katolik. Selama konferensi pers Vatikan tahun 2023, ia mengatakan bahwa "perempuan dapat memberikan kontribusi besar bagi kehidupan gereja di berbagai tingkatan," mengakui "proses yang lambat" dalam memperluas peran perempuan di dalam gereja dan Takhta Suci.
Meskipun begitu, ia menolak gagasan bahwa menahbiskan perempuan akan selalu mengatasi masalah tentang representasi atau kesetaraan, dengan mengatakan bahwa "menjadikan perempuan sebagai pendeta tidak selalu menyelesaikan masalah, itu mungkin akan menimbulkan masalah baru", menurut laporan National Catholic Register pada saat itu.