Bisnis.com, JAKARTA — Gempa bumi berkekuatan 7,3 magnitudo telah melanda dekat ibu kota Vanuatu, Port Vila, yang memicu tanah longsor, menghancurkan mobil, dan meratakan banyak bangunan, termasuk kompleks yang menjadi lokasi beberapa kedutaan besar negara-negara barat.
Mengutip pemberitaan BBC pada Selasa (17/12/2024), listrik dan jaringan seluler di seluruh negeri telah terputus dan tingkat kerusakan masih belum jelas, tetapi ada laporan yang belum dikonfirmasi tentang sedikitnya satu kematian.
Dan McGarry, seorang jurnalis yang tinggal di Port Vila, mengatakan dia melihat "beberapa orang yang tampak terluka parah" di luar unit gawat darurat rumah sakit.
Vanuatu rawan gempa bumi, tetapi McGarry mengatakan kepada BBC bahwa gempa bumi, yang terjadi pada pukul 12:47 waktu setempat, terasa seperti "gempa bumi terbesar... dalam lebih dari 20 tahun".
"Layanan darurat akan sibuk untuk sementara waktu. Kami memiliki peralatan dan kemampuan terbatas di sini [di Vanuatu]", kata McGarry, seraya menambahkan bahwa polisi di Rumah Sakit Pusat Vila memberitahunya bahwa satu orang telah meninggal, dan bahwa ia memperkirakan jumlah korban tewas akan meningkat.
Salah satu klip dari laman Facebook penyiar negara bagian VBTC memperlihatkan puluhan orang di luar Rumah Sakit Pusat Vila, banyak yang berbaring di brankar rumah sakit sambil menunggu perawatan.
Baca Juga
Michael Thompson, direktur perusahaan petualangan Vanuatu Jungle Zipline, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa dia melihat mayat-mayat tergeletak di jalan.
"Ada beberapa bangunan yang runtuh di sekitar kota. Ada operasi penyelamatan besar-besaran yang sedang berlangsung untuk membersihkan orang-orang yang mungkin masih hidup di dalam gedung," kata Thompson, dalam video terpisah yang diunggah ke Facebook.
"Saya pikir langit-langit [rumah kami] akan runtuh, istri Tn. Thompson, Amanda, mengatakan kepada BBC.
"Kami sering mengalami gempa bumi di sini tetapi tidak seperti ini.. Rumah itu retak besar di seluruh bagiannya, pintu kaca geser pecah.
"Kami merasakan banyak getaran susulan sekarang, setiap getaran membuat kami merasa gugup saat berlari keluar pintu menuju udara terbuka," katanya.
Namun, McGarry menambahkan bahwa bencana terbaru adalah sesuatu yang bisa dilalui oleh penduduk Vanuatu.
"Penduduk Vanuatu menghadapi bencana alam setiap tahun. Itu sudah menjadi darah kami. Kami juga akan melewati ini, meskipun tidak tanpa penderitaan," katanya.
Vanuatu, negara kepulauan dataran rendah yang terdiri dari sekitar 80 pulau di Pasifik Selatan, terletak di sebelah barat Fiji dan ribuan kilometer di sebelah timur Australia utara. Negara ini berada di wilayah yang aktif secara seismik, dan rentan terhadap gempa bumi besar dan bencana alam lainnya.
Gedung Kedutaan Rusak
Kedutaan Besar Amerika Serikat, Komisi Tinggi Inggris, Kedutaan Besar Prancis, dan Komisi Tinggi Selandia Baru termasuk di antara gedung-gedung yang rusak, dengan semuanya berada di kompleks yang sama.
Pejabat AS mengatakan gedung tersebut mengalami "kerusakan cukup parah" dan akan ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut. Semua staf di gedung tersebut telah dievakuasi dengan selamat, mereka menambahkan.
Secara terpisah, maskapai Australia Jetstar membatalkan penerbangan yang dijadwalkan pada Rabu pagi dari Sydney ke Port Vila, dengan alasan "aktivitas gempa bumi di Vanuatu dan laporan kemungkinan kerusakan pada infrastruktur bandara Port Vila".
Survei Geologi Amerika Serikat melaporkan sedikitnya empat gempa susulan di sekitar Port Vila—dengan kekuatan berkisar antara 4,7 hingga 5,5 skala richter—dalam dua jam setelah gempa pertama. Gempa pertama terjadi pada kedalaman 10 km (6,2 mil).
Pihak berwenang di negara tetangga Selandia Baru dan Australia mengatakan tidak ada ancaman tsunami bagi negara mereka. Australia juga mengatakan siap mendukung Vanuatu saat tingkat kerusakan sedang dinilai.
"Vanuatu adalah keluarga dan kami akan selalu ada di saat dibutuhkan," tulis Menteri Luar Negeri Penny Wong di X.
Selandia Baru mengatakan keprihatinannya atas kejadian tersebut dan tengah memantau situasi terkini.
"Pikiran kami bersama rakyat dan pihak berwenang Vanuatu," kata Menteri Luar Negeri Selandia Baru, Winston Peters.