Bisnis.com, JAKARTA - Dinas Intelijen Militer Ukraina menyebut Rusia menggunakan truk-truk sipil untuk mengangkut "tentara bayaran" dari Korea Utara ke daerah garis depan untuk membantu perang Rusia melawan Ukraina.
Mengutip Kantor Berita Yonhap pada Senin (28/10/2024), kabar ini muncul di tengah kekhawatiran mengenai kemungkinan pasukan Korea Utara ikut bertempur dalam perang Rusia melawan Ukraina.
Pada Minggu (27/10/2024), petugas polisi Rusia menghentikan sebuah truk dengan pelat nomor sipil yang membawa personel militer Korea Utara di jalan raya Kursk-Voronezh, kata Intelijen Pertahanan Ukraina, dan mencatat bahwa pengemudi tersebut tidak memiliki perintah tempur.
Pengumuman ini muncul di tengah laporan mengenai pasukan Korea Utara yang berkumpul di wilayah Kursk di barat daya Rusia, tempat serangan besar-besaran Ukraina terjadi pada bulan Agustus.
Pekan lalu, agen mata-mata Korea Selatan mengatakan 3.000 warga Korea Utara telah dikirim ke Rusia dan sekitar 10.000 diperkirakan akan dikerahkan pada bulan Desember. Amerika Serikat juga mengonfirmasi setidaknya 3.000 warga Korea Utara telah dikirim ke Rusia timur pada bulan ini.
Korea Selatan telah berjanji untuk mengambil “langkah bertahap” sebagai respons terhadap tingkat kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia, dan Presiden Yoon Suk Yeol mengatakan Seoul dapat mempertimbangkan untuk memberikan senjata ke Kyiv, sebagai perubahan dari kebijakannya yang hanya mengirimkan bantuan kemanusiaan. .
Baca Juga
Sementara itu, dikutip dari Reuters, Penasihat keamanan nasional AS, Korea Selatan dan Jepang menyatakan "keprihatinan besar" atas penempatan pasukan Korea Utara di Rusia yang mungkin digunakan untuk melawan Ukraina, kata Gedung Putih.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan, ketiga negara melihat kehadiran pasukan Korea Utara sebagai tanda terbaru meningkatnya hubungan militer Moskow-Pyongyang, dan mereka meminta Rusia dan Korea Utara untuk menghentikan transfer senjata dan rudal. Transfer tersebut melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.
Kirby memberi pengarahan kepada wartawan setelah penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan mengadakan pembicaraan di Washington dengan rekannya dari Korea Selatan dan Jepang, masing-masing, Shin Won-sik dan Takeo Akiba.
“Penasihat keamanan nasional mengungkapkan keprihatinan besar atas penempatan pasukan oleh Korea Utara di Rusia, yang berpotensi digunakan untuk melawan Ukraina,” kata Kirby.
Dia melanjutkan, kehadiran Korea Utara di Rusia dan transfer senjata tersebut memperluas implikasi keamanan dari perang brutal dan ilegal Rusia di luar Eropa dan ke Indo-Pasifik.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis pekan lalu tidak menyangkal bahwa pasukan Korea Utara berada di Rusia. Namun, dia mengatakan bahwa urusan Moskow adalah bagaimana menerapkan perjanjian dengan Pyongyang yang mencakup klausul pertahanan bersama untuk saling membantu melawan agresi eksternal.