Bisnis.com, JAKARTA — Negara-negara yang tergabung dalam Group of Seven (G7) telah menuntaskan pinjaman US$50 miliar untuk Ukraina, didukung oleh laba atas aset bank sentral Rusia yang tidak dapat dimobilisasi.
Hal ini bakal membuka jalan bagi bantuan agar bisa segera mengalir ke Kyiv dan sebagian besar dapat melindungi pembiayaan penting dari hasil pemilihan presiden AS.
"Hari ini, kami, para pemimpin Group of Seven telah mencapai konsensus tentang cara memberikan sekitar US$50 miliar dalam bentuk pinjaman Akselerasi Pendapatan Luar Biasa [Extraordinary Revenue Acceleration/ERA] ke Ukraina," kata pimpinan G7 dalam pernyataan bersama, dilansir dari Bloomberg, Sabtu (26/10/2024).
Lebih lanjut, disebutkan hasil pinjaman akan dicairkan melalui berbagai saluran untuk mendukung bantuan anggaran, militer, dan rekonstruksi Ukraina.
Kesepakatan pemberian pinjaman tersebut terjadi setelah Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mengatasi masalah tentang cara menyusun pinjaman tersebut dan, dan termasuk cara memastikan pembayarannya terjamin sehingga pembayar pajak mereka tidak akan terlilit utang.
AS mengatakan akan memberikan bantuan US$20 miliar dan Eropa diperkirakan akan memberikan sumbangan dalam jumlah yang hampir sama. Inggris mengatakan akan memberikan sumbangan sekitar US$3 miliar, sedangkan Kanada dan Jepang juga diperkirakan akan memberikan sumbangan.
Baca Juga
Berdasarkan mekanisme yang disepakati, AS, Uni Eropa, dan negara-negara G7 lainnya masing-masing akan memberikan pinjaman kepada Ukraina yang akan dibayar kembali menggunakan laba yang dihasilkan dari sekitar US$280 miliar dana yang diblokir, yang sebagian besarnya tidak dapat dicairkan di Eropa.
Pinjaman tersebut akan memberikan dukungan finansial bagi Ukraina yang tengah berupaya membangun kembali dan mempertahankan diri, dan akan membantu memenuhi kebutuhan pembiayaannya hingga 2025 dan seterusnya.
AS dan sekutunya bermaksud menggunakan pinjaman tersebut sebagai sinyal dukungan penuh mereka kepada Kyiv dan mengirim pesan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa dia tidak dapat menunggu mereka dalam konflik tersebut.
"Kami tidak akan lelah dalam tekad kami untuk memberikan Ukraina dukungan yang dibutuhkannya untuk menang," kata para pemimpin G7 dalam pernyataan tersebut.
AS berharap untuk mencairkan setidaknya setengah dari bagiannya sebesar US$20 miliar kepada lembaga Bank Dunia (World Bank), yang akan mengelola pinjaman AS, pada Desember ini. Apabila memungkinkan, AS bahkan berencana mencairkan seluruh jumlah tersebut.
Dengan rencana tersebut, AS diperkirakan akan mencairkan seluruh bagiannya sebelum pemerintahan berikutnya menjabat pada 2025.
Kesepakatan mengenai pinjaman tersebut juga merupakan puncak dari upaya diplomatik AS selama setahun untuk meyakinkan mitra sekutunya, terutama di Eropa, untuk memanfaatkan nilai ekonomi dari aset-aset ini.
Meskipun dorongan pemberian pinjaman itu sempat menemui perlawanan besar, pembicaraan tentang pemanfaatan aset untuk menghasilkan nilai bagi Ukraina semakin menguat, terutama karena lingkungan politik di kedua sisi Atlantik mempertanyakan lebih lanjut bantuan yang didanai pembayar pajak.