Bisnis.com, JAKARTA - Korea Utara dikabarkan telah mengirim 3.000 tentara ke Rusia untuk mendukung pasukan Kremlin dalam perang di Ukraina dan ribuan lainnya diperkirakan akan menyusul.
Mengutip Reuters, Rabu (23/10/2024), Korea Utara disebut telah berjanji untuk menyediakan total sekitar 10.000 tentara, yang penempatannya diperkirakan akan selesai pada bulan Desember, kata anggota parlemen tersebut kepada wartawan setelah diberi pengarahan oleh badan intelijen nasional Korea Selatan.
Perkiraan tersebut dua kali lipat dari estimasi yang diberikan sebelumnya. Jumlah terbaru ini muncul setelah Badan Intelijen Nasional Seoul mengatakan pada Jumat pekan lalu bahwa Korea Utara telah mengirim sekitar 1.500 personel pasukan khusus ke Rusia dengan kapal.
“Tanda-tanda pasukan dilatih di Korea Utara terdeteksi pada bulan September dan Oktober. Tampaknya pasukan kini telah disebar ke beberapa fasilitas pelatihan di Rusia dan beradaptasi dengan lingkungan setempat,” kata anggota komite intelijen Parlemen Korea Selatan, Park Sun-won, dalam pengarahan tersebut.
Adapun, Rusia telah menolak klaim Korea Selatan mengenai penempatan pasukan Korea Utara sebagai berita palsu. Perwakilan Korea Utara untuk PBB di New York juga menyebutnya sebagai rumor yang tidak berdasar pada pertemuan Senin (21/10/2024) waktu setempat.
Baik Moskow dan Pyongyang juga membantah adanya transfer senjata namun mereka berjanji untuk meningkatkan hubungan militer, dengan menandatangani perjanjian pertahanan bersama pada pertemuan puncak pada Juni.
Baca Juga
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy juga menuduh Pyongyang bersiap mengirim 10.000 tentara ke Rusia. Pada Selasa waktu setempat, dia meminta sekutunya untuk menanggapi bukti keterlibatan Korea Utara dalam perang Rusia.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan pada Rabu bahwa ada bukti bahwa pasukan Korea Utara berada di Rusia, meskipun masih harus dilihat apa yang akan mereka lakukan di sana.
Austin yang berbicara di Roma, Italia, mengatakan dugaan pengerahan pasukan Korea Utara bisa menjadi bukti lebih lanjut bahwa militer Rusia mengalami masalah dalam hal sumber daya manusia dalam perang melawan Ukraina.
“Ini merupakan indikasi bahwa dia (Presiden Rusia Vladimir Putin) mungkin berada dalam masalah yang lebih besar daripada yang disadari kebanyakan orang,” kata Austin.
Konflik tersebut pecah ketika Rusia menginvasi negara tetangganya pada Februari 2022 dan sejak itu berkembang menjadi perang gesekan yang sebagian besar terjadi di sepanjang garis depan di Ukraina timur dengan banyak korban di kedua sisi.
Keluarga Diisolasi
Lee Seong-kweun, anggota parlemen di komite Korea Selatan, mengatakan pihak berwenang Pyongyang telah berusaha untuk menjaga agar berita tentang pengerahan tersebut tidak menyebar.
"Ada juga tanda-tanda pemerintah Korea Utara akan merelokasi dan mengisolasi keluarga-keluarga tersebut (pasukan) di tempat tertentu untuk mengendalikan mereka secara efektif dan menindak rumor tersebut," kata Lee, mengutip agen mata-mata tersebut.
Lee juga mengatakan badan tersebut mengonfirmasi bahwa Rusia telah merekrut sejumlah besar penerjemah untuk tentara Korea Utara, sekaligus melatih mereka dalam penggunaan peralatan militer seperti drone.
“Instruktur Rusia menilai militer Korea Utara memiliki atribut fisik dan moral yang sangat baik tetapi kurang memahami peperangan modern seperti serangan pesawat tak berawak,” katanya.
Oleh karena itu, bisa jadi akan banyak korban jiwa jika mereka dikerahkan ke garis depan. Anggota parlemen Park mengatakan Pyongyang mungkin akan mencari imbalan atas aksi ini berupa intervensi cepat dari Rusia jika ada potensi konflik di semenanjung Korea serta menerima bantuan ekonomi.
Pada Selasa (22/10/2024) kemarin, kantor kepresidenan Korea Selatan mendesak penarikan segera pasukan Korea Utara dari Rusia. Korea Selatan juga memperingatkan bahwa negara tersebut mungkin mempertimbangkan untuk memasok senjata mematikan ke Ukraina jika hubungan militer di antara mereka sudah terlalu jauh.
Para pejabat AS, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan Rusia telah menderita lebih dari 600.000 tentara tewas atau terluka dalam perang di Ukraina