Bisnis.com, JAKARTA — Rusia menyalahkan Korea Selatan atas meningkatnya tensi hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan yang belakangan terjadi.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menjelaskan, wilayah Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK), termasuk ibu kotanya, telah mengalami serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh kendaraan udara tak berawak yang berasal dari Korea Selatan, yang menyebarkan materi propaganda.
Zakharova menyebut, tindakan Korea Selatan hanya dapat ditafsirkan sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan dan mencampuri Korea Utara dalam urusan dalam negerinya. Dia mengatakan, hal tersebut bertujuan untuk melemahkan sistem politik dan pemerintahan yang sah dari sebuah negara merdeka dan merampas haknya atas pembangunan yang berdaulat.
Oleh karena itu, Korea Selatan harus menanggapi peringatan Pyongyang dengan sangat serius dan menghentikan eskalasi lebih lanjut di semenanjung melalui kampanye yang ceroboh dan provokatif, yang memperburuk ketegangan dan dapat mengarah pada konfrontasi bersenjata.
"Sangat penting bagi Seoul untuk menyadari bahwa penyebaran konsep penggabungan kedua Korea oleh Korea Selatan melalui penerapan nilai-nilai pseudo-liberal dan perluasan ‘kebebasan’ tertentu merupakan risiko keamanan, terutama bagi warga negaranya sendiri," jelas Zakharova, dikutip dari laman resmi Kementerian Luar Negeri Rusia, Selasa (15/10/2024).
Zakharova menuturkan, hanya langkah-langkah politik dan diplomatik berdasarkan prinsip keamanan yang tidak dapat dibagi-bagi, yang dapat menjamin perdamaian dan stabilitas abadi di Semenanjung Korea.
Baca Juga
"Tidak ada jalan alternatif, kecuali agresi militer memang merupakan tujuan akhir Korea Selatan dan sekutu seniornya, Amerika Serikat," lanjutnya.
Zakharova melanjutkan, Rusia tetap berkomitmen untuk memainkan peran konstruktif di Semenanjung Korea, berupaya mencegah perkembangan berbahaya dan mengarahkan situasi kembali ke jalur positif, termasuk melalui kerangka Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif dengan DPRK.
Adapun, Korea Utara dikabarkan telah menghancurkan beberapa bagian jalan di utara yang menghubungkannya dengan Korea Selatan pada Selasa (15/10/2024) waktu setempat.
Mengutip Bloomberg, aksi penghancuran tersebut dilakukan setelah pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, mengadakan pertemuan keamanan yang jarang terjadi, sehingga meningkatkan ketegangan antara kedua negara.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan menyebut, Pyongyang meledakkan beberapa bagian jalan di sepanjang jalur Gyeongui dan Donghae sekitar tengah hari waktu setempat.
Langkah ini menyusul pengumuman Korea Utara pekan lalu bahwa mereka akan memisahkan sepenuhnya wilayahnya dari Korea Selatan. Korea Utara juga menyalahkan latihan gabungan Korea Selatan dengan AS dan penempatan aset strategis AS di wilayah tersebut yang memperburuk ketegangan.