Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tepat Setahun Lalu, Hamas Invasi Israel dan Konflik Berkecamuk Hingga Kini

Hamas melancarkan serangan mendadak yang mematikan terhadap Israel tepat setahun lalu atau pada hari Sabtu (7/10/2023).
Warga Palestina berjalan untuk kembali ke pemukiman mereka di sisi timur Khan Younis setelah pasukan Israel menarik diri dari daerah tersebut, di Khan Younis, di Jalur Gaza selatan, 30 Juli. REUTERS/Mohammed Salem
Warga Palestina berjalan untuk kembali ke pemukiman mereka di sisi timur Khan Younis setelah pasukan Israel menarik diri dari daerah tersebut, di Khan Younis, di Jalur Gaza selatan, 30 Juli. REUTERS/Mohammed Salem

Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi perlawanan Palestina, Hamas melancarkan serangan mendadak yang mematikan terhadap Israel tepat setahun lalu atau pada hari Sabtu (7/10/2023).

Serangan ini disebut sebagai salah satu eskalasi paling serius dalam konflik Israel-Palestina selama bertahun-tahun. Aksi Hamas itu kemudian memicu serangan balasan dari Israel. Akibatnya, puluhan ribu penduduk Gaza tewas, sebagian adalah anak-anak dan perempuan.

Adapun sampai sekarang, belum diketahui secara pasti, bagaimana cara para pejuang Hamas berhasil menembus salah satu perbatasan yang dijaga ketat di dunia masih belum jelas.

Atas serangan tersebut, militer Israel membalas dengan puluhan jet tempur melakukan serangan udara terhadap lokasi Hamas di Gaza, dan telah menghantam 17 kompleks militer. Mereka juga memobilisasi puluhan ribu pasukan cadangan.

Belakangan, aksi saling balas antara Hamas dan Israel tersebut berubah menjadi perang besar. Israel terus menerus menggempur Gaza. Jet tempur terus menjatuhkan bom, menewaskan anak-anak dan perempuan. 

Pertempuran merembet, Iran yang telah lama menjadi sekutu Hamas, mengecam keras aksi 'tanpa pandang bulu' Israel. Sementara itu, proxy Iran lainnya, Hizbullah, terus menghujani wilayah perbatasan tanah pendudukan Israel dengan Lebanon. Warga di Israel Utara mengungsi akibat serangan Hizbullah.

Di sisi lain, Israel mengerahkan pasukannya untuk memburu para pemimpin Hamas dan Hizbullah. Pada bulan Juli 2024 lalu, Israel membunuh pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh. Haniyeh tewas dibunuh saat menghadiri pelantikan Presiden Iran, Masoud Pezeskhian. Iran berang atas aksi Israel tersebut dan menuntut pembalasan.

Selang tiga bulan setelah peristiwa tersebut atau sekitar tanggal 27 September 2024, Israel membunuh sekutu Iran lainnya, Hassan Nasrallah dalam serangan udara di Beirut Selatan, Lebanon. Nasrallah adalah tokoh kunci sekaligus orang paling penting di Hizbullah. 

Terbunuhnya Nasrallah semakin meningkatkan eskalasi konflik di kawasan Levant. Levant atau Syam adalah kawasan Asia Barat yang wilayahnya mencakup negara Lebanon, Suriah, Palestina, Yordania, dan pendudukan Israel. Wilayah ini tercatat sering diguncang konflik dan dalam sejarah menjadi rebutan banyak dinasti.

Serangan Rudal Iran

Kematian Haniyeh dan Nasrallah jelas membuat berang Iran. Pada hari Selasa tanggal 1 Oktober 2024, Iran melancarkan serangan ke Israel. Sasarannya adalah objek-objek militer di sejumlah wilayah, termasuk Tek Aviv.

Israel membunyikan sirine sebagai alarm yang menandakan sitem pertahanan anti-rudal miliknya, Iron Dome tengah bekerja.

Alarm tersebut berbunyi sepanjang malam, saat Iran melancarkan serangan dengan mengirim 200 rudal ke Tel Aviv pada Selasa (1/10/2024).

Serangan ini diberikan kepada Israel sebagai pembalasan atas kampanye Israel melawan sekutu Hizbullah Teheran di Lebanon pada beberapa waktu lalu.

Mengutip laporan Reuters, militer Israel atau IDF langsung memerintahkan warga segera mencari tempat berlindung di lingkungan yang aman.

Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) mengeklaim 90 persen rudal yang ditembakkan tepat sasaran. Teheran juga memamerkan bahwa pasukannya menggunakan rudal hipersonik Fattah buatan lokal untuk pertama kalinya dalam serangan ke Israel ini.

Mereka memamerkan rentetan rudal balistik yang menargetkan pangkalan udara dan radar militer Israel, termasuk sejumlah aparat keamanan yang merencanakan pembunuhan Haniyeh dan Nasrallah.

Pasca serangan rudal Iran ke Israel, wilayah Levant masih penuh kecamuk. Jet-jet tempur negara Zionis yang didukung oleh sekutunya, Amerika Serikat, menghujam wilayah Lebanon.

Konflik antara Israel, Iran, Hizbullah, dan Hamas berpotensi merembet ke konflik besar. Apalagi, Israel baru-baru ini menghujam pangkalan militer Rusia di Suriah. Selain itu, mereka juga menyerang depot energi milik perusahaan Prancis di Lebanon di tengah seruan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, untuk mencari jalan penyelesaian secara politik.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper